Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Monday, March 31, 2008

Miyabi Effect!


Who's been Googling Maria Ozawa?
Top Hits Viewers based on their cities/locations

MIYABI EFFECT!”


Google Trends show the volume of search in Google for Japanese actress "Maria Ozawa" - famous Porn Star in Asia. Since October 2005 (first video) when she starts to appear the number of search has been increasing dramatically, having a peak in June- August 2006.


She is undoubtedly one of the most googled Japanese actress, surpassing previous J-queen Akira Fubuki. From trends by countries, countries in South-East Asia dominates, and Indonesian is her largest fans. Canada, her former hometown only at the 10th position.


Googling for Miyabi/ Maria Ozawa gives similar results, but earlier rise (August 2005) with a peak in July 2006. Unexplainable peak??

No surprise Fact awarded to : Indonesia Miyabi “Die Hard” Fans!


Based on cities, she is the mosts searched in East Java, Indonesia (Yogyakarta & Surabaya)



First Rank is Yogyakarta !


Congrats! Yogyakarta is undoubtly a legitimate city for Miyabi ‘die hard’ fans! Whatever you say, we are bathing in septic tank together! Merdeka!!!!! (sick!)



data diambil dari : http://miyabi.oz.googlepages.com/

Bekerja Tanpa Rasa Sengsara

Anda merasa sengsara di tempat kerja? Anda merasa berat setiap kali memulai pekan aktivitas rutin Anda pada Hari Senin. Anda merasa tak (lagi) tertantang dan tak nyaman. Atau, inilah yang Anda hadapi: bos yang galak. Apakah sejumlah rekan kerja Anda menyebalkan? Anda merasa apapun yang Anda lakukan dianggap tak pernah cukup. Jika Anda terus bertahan dalam situasi-situasi seperti itu, bisa dipastikan lama-lama Anda akan membenci pekerjaan Anda. Dan, membenci pekerjaan adalah sumber dari kesengsaraan dalam hidup.

Mengapa itu bisa terjadi? Kenali sebab-sebabnya agar Anda bisa menghindari dan mengakhiri kesengsaraan Anda.

1. Terlibat dalam obrolan atau pergaulan dengan orang-orang yang selalu menemukan kesalahan dengan perusahaan, manajemen, customer dan rekan sekerja. Jika Anda berkubang dalam kesengsaraan, terus-menerus mendengarkan cerita-cerita tentang ketidakbahagiaan dan orang-orang yang mengalami kesulitan jelas tidak akan membantu Anda keluar dari kubangan itu. Ketidakbahagiaan itu menular. Menjauhlah untuk menghindari virus tersebut.

2. Berada dalam lingkungan pekerjaan yang tidak menantang, tidak menggairahkan dan tidak-berpenghargaan. Hari demi hari, tahun ke tahun, Anda tambeng dengan pekerjaan yang sebenarnya tidak memenuhi harapan Anda. Datanglah ke konsultan karir yang ada di kampus atau lembaga konsultan. Carilah peluang kerja lain; temukan jalan untuk memberdayakan keahlian Anda secara berbeda. Ambillah tes dan konsultasi untuk mengidentifikasi pekerjaan apa yang lebih bisa menggairahkan Anda.

3. Kegagalan dalam mengambil tanggung jawab untuk mengembangkan diri Anda sendiri. Anda tidak bisa menunggu selamanya pada bos yang tidak komunikatif dalam memberi feedback berkaitan dengan peningkatan dan perkembangan (personal dan profesional) Anda. Faktanya, pada sejumlah organisasi, Anda bisa menunggu beberapa tahun untuk penghargaan atau feedback atas kinerja Anda. Mengapa menunggu orang lain? Mengapa tidak mengambil tanggung jawab demi (perkembangan) diri Anda sendiri? Tak seorang pun pernah peduli pada peningkatan dan perkembangan Anda kecuali diri Anda sendiri.

4. Bertahan bekerja di bawah bos yang buruk. Bos yang buruk, baik dia tipe orang yang tak bertanggung jawab atau pun "sekedar" orang yang berkelakuan tak menyenangkan, jarang bisa berubah tanpa adanya kejadian yang luar biasa. Hal (yang luar biasa) itu bisa saja terjadi, tapi sampai kapan Anda akan menunggu sambil terus-menerus mengeluh tentang betapa sengasaranya Anda di tempat kerja?

5. Bekerja pada perusahaan yang praktik-praktik bisnisnya tidak Anda sukai. Bekerja untuk perusahaan yang menipu konsumen? Memberi janji-janji palsu pada karyawan? Tinggalkan secepat Anda bisa.

6. Bekerja pada perusahaan yang terus-menerus merugi. Perusahaan yang baik mungkin saja sesekali mengalami kesulitan --ini masih bisa membuat Anda bertahan. Tapi, perusahaan yang secara operasional selalu mendekati kebangkrutan jelas menciutkan optimisme dan antusiasme Anda.

7. Bertahan dalam pekerjaan yang membuat Anda merasa jalan di tempat. Ada beberapa alasan mengapa Anda merasa tak beranjak. Perusahaan tempat Anda bekerja kecil dan tidak berkembang. Anda tak pernah mendapat promosi karena di situ memang minim pendidikan, pengalaman dan kesempatan-kesempatan untuk berkembang. Anda sudah bicara pada bos namun masalah tak bisa diatasi. Jika Anda cukup ambisius dan ingin berkembang, inilah saatnya untuk melangkah ke luar.

8. Anda berusaha menyumbangkan ide-ide untuk meningkatkan kualitas (lingkungan) kerja, tapi tak pernah diwujudkan. Bertahan dalam lingkungan kerja yang gagal merespon saran-saran dari karyawan tentunya membuat Anda juga mempertanyakan nilai saran Anda sendiri. Ini merupakan racun yang menggerogoti kepercayaan diri Anda. Carilah lingkungan kerja yang lebih suportif.

9. Gaji kecil. Untuk urusan yang satu ini, hanya Anda yang mengerti "hitung-hitungannya". Tanya pada diri Anda sendiri, seberapa layak Anda dibayar? Kalau Anda merasa gaji Anda terlalu kecil untuk kerja yang telah Anda lakukan, Anda punya pilihan.

(portalhr)

Thursday, March 27, 2008

Capres Cukup Bisa Baca Tulis...

Dua pakar yang didatangkan untuk diminta sumbang saran dalam membahas RUU Pilpres 2009 yang menyatakan tak perlu sarat S1 bagi capres pada Pilpres 2009 nanti, Maswadi Rauf (UI) dan Nanang Pamuji dari Universitas Gajah Mada (UGM) Rabu (26/3) di Komisi II DPR, membuat PKS mengusulkan sarat ekstrim. Capres minimal cukup baca tulis, mampu berhitung, melakukan perkalian saja sehingga sarat pendidikan tak lagi menjadi prasyarat. Awalnya, PKS ngotot capres dan cawapres harus bertitel sarjana.

"Kalau benar sarat S1 tak diperlukan karena dianggap sebagai sarat yang tak relevan dengan posisi peran capres maupun cawapres, maka kami usul ekstrim, sarat capres dan cawapres, cukup mampu baca tulis, berhitung, menambah dan mengurang saja. Dan tidak perlu sama sekali sarat pendidikan. Cara berfikir ini menjadi naif," ujar salah seorang anggota Pansus RUU Pilpres dari Frkasi Partai Keadilan Sejahtera, Al Muzammil Yusuf.

Namun, dirinya berkeyakinan, bila 100 orang SMA dan 100 orang yang lulus perguruan tinggi di tes tentang pemahamannya tentang urusan kenegaraan, maka 100 orang yang lulus dari perguruan tinggi jauh lebih paham soal negara dari pada 100 orang yang hanya lulus SMA.

"Kalau prasarat sarjana hanya ditafsirkan untuk menghalangi capres dan cawapres tertentu, maka jalan tengahnya bisa dilakukan dengan tetap menjaga kualitas bagi capres dan cawapres. Bagi yang pernah mantan, ada pengecualian, tapi bagi yang belum pernah menjadi presiden, harus tetap lulus perguruan tinggi," ujar Muzammil.

Dalam pendapatnya di depan anggota Pansus RUU Pilpres, pengamat politik dari Univeritas Indonesia (UI), Maswadi Rauf menilai sarat S1 bagi seorang capres dan cawapres, tidaklah relevan. Seorang politisi, bisa saja latar belakangnya mantan aktrivis yang tidak dapat menyelesaikan studinya.

"Kualitas politisi tidak mutlak ditentukan pendidikannya, kalau dosen iya, harus sarjana S2 dan teruji memimpin. Sekolah politisi bukan di perguruan tinggi, tapi di organisasi. Dan yang menyatakan dia naik pangkat atau lulus adalah pimpinan partainya. Kalau dipaksa S1, tidak adil bagi para politisi.," kata Maswadi Rauf.

Begitu juga menurut dosen dari Universitas Gajah Mada Nanang Pamudji Muga Sejati (UGM). Dijelaskan, sarat harus lulus S1 bagi capres maupun cawapres, tidak ada hubungannya dengan kualitas pendidikan formal.

"Konstribusi akademis intelektual seseorang terhadap kesuksesan hanya 10 persen. Emosional intelegensi, jauh lebih berharga dari pada minimal SMA, SMP. Sosial inteligence, membangun relasi dan trust dengan parpol dan masyarakat, jauh lebih penting," jelas Nanang.

Al Muzammil Yusuf kemudian memberikan argumentasi kembali. Sarat sarjana bagi seorang capres dan cawapres, tidak lain untuk mendorong minat belajar bagi bangsa Indonesia yang human indeksnya pernah dibawah negara Vietnam, berdasar pendapat bank dunia tahun 2003 lalu.

Dalam RUU Pilpres, perlu dimasukkan aturan debat minimal 3x baik di televisi nasional maupun radio sehingga pengetahuan publik tentang capres dan cawapres bisa mendalam. Paling tidak, publik juga bisa tahu kualitas masing-masing capres dan cawapres pada Pilpres 2009 mendatang," terang Al Muzammil Yusuf. (kompas.com)

Wednesday, March 26, 2008

Mengenal Dan Mengelola Potensi Kecerdasan Anak

Ada 8 jenis kecerdasan menurut Gardner :

KECERDASAN LINGUISTIK
kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk mendeskripsikan kejadian, membangun kepercayaan dan kedekatan, mengembangkan argumen logika dan retorika, atau mengungkapkan ekspresi dan metafora. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan linguistik adalah wartawan dan reporter, tenaga penjual, penyair, copywriter, penulis dan pengacara.

KECERDASAN LOGIKA-MATEMATIKA
kemampuan menggunakan angka-angka untuk menghitung dan mendeskripsikan sesuatu, menggunakan konsep matematis, menganalisa berbagai permasalahan secara logis, menerapkan matematika pada kehidupan sehari-hari, peka terhadap pola tertentu, serta menelaaj berbagai permasalahan secara ilmiah. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan logika matematika adalah : akuntan, ahli statistik, insinyur, penemu, pedagang, dan pembuat program komputer.

KECERDASAN MUSIKAL
kemampuan untuk mengerti dan mengembangkan teknik musikal, merespon terhadap musik, menggunakan musik sebagai sarana untuk berkomunikasi, menginterpretasikan bentuk dan ide musikal, dan menciptakan pertunjukan dan komposisi yang ekspresif. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan musical adalah guru musik, pembuat instrumen atau alat musik, pemain band atau konduktor, DJ, kritikus musik, kolektor musik, pencipta lagu atau penyanyi.

KECERDASAN SPASIAL
kemampuan untuk mengenali pola ruang secara akurat, menginterpretasikan ide grafis dan spasial serta menterjemahkan pola ruang secara tepat. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan spasial adalah photographer, decorator ruang, perancang busana, arsitek, pembuat film.

KECERDASAN KINESTETIK (BODILY-KINESTHETIC)
kemampuan untuk menggunakan seluruh atau sebagian dari tubuh untuk melakukan sesuatu, membangun kedekatan untuk mengkonsolidasikan and meyakinkan serta mendukung orang lain, dan menggunakannya untuk menciptakan bentuk ekspresi baru. Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan ini adalah mekanik, pelatih, pengrajin, atlet, aktor, penari atau koreografer.

KECERDASAN INTERPERSONAL
kemampuan untuk mengorganisasikan orang lain dan mengkomunikasikan secara jelas apa yang perlu dilakukan, berempati kepada orang lain, membedakan dan menginterpretasikan berbagai jenis komunikasi dengan orang lain, dan memahami intensi, hasrat, dan motivasi orang lain. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan interpersonal adalah manajer, politisi, pekerja sosial, pemimpin, psikolog, guru atau konsultan.

KECERDASAN INTRAPERSONAL
kemampuan untuk menilai kekuatan kelemahan, bakat, ketertarikan diri sendiri serta menggunakannya untuk menentukan tujuan, menyusun dan mengembangkan konsep dan teori berdasarkan pemeriksaan kedalam diri sendiri, memahami perasaan, intuisi, temperamen, dan menggunakannya untuk mengekpresikan pandangan pribadi. Beberapa jenis pekerjaan yang menggunakan kecerdasan ini adalah perencana, pemuka agama, atau ahli filosofi.

KECERDASAN NATURALIS
kemampuan untuk mengenali dan mengelompokkan dan menggambarkan berbagai macam keistimewaan yang ada di lingkungannya. Beberapa pekerjaan yang membutuhkan kecerdasan naturalis ini adalah ahli biologi atau ahli konservasi lingkungan.

Selain kedelapan jenis kecerdasan diatas, ternyata masih ada bentuk kecerdasan lain, yaitu

Kecerdasan Eksistensial
kemampuan untuk menikmati pemikiran-pemikiran dan ingin tahu mengenai kehidupan, kematian dan realita yang ada. Anak-anak dengan tingkat kecerdasan eksistensial yang tinggi mungkin akan menunjukkan keingintahuan mengenai bagaiman bumi bertahun-tahun yang lalu, mengapa kita ada di bumi, apakah ada kehidupan di planet lain, kemana mahluk hidup setelah mati, apakah ada dimensi kehiduapn lain dan berbagai pertanyaan sejenis.

BAGAIMANA MENGEMBANGKAN KECERDASAN MAJEMUK SI KECIL ?

Kecerdasan Interpersonal
Secara umum, anak-anak dengan kecerdasan interpersonal tinggi akan dengan senang hati mengikuti semua kelompok kegiatan di dalam dan luar sekolah serta mudah berteman dimanapun ia berada. Anda dapat mendorongnya untuk menunjukkan perilaku yang baik dalam berteman. Anda bisa menuliskan berbagai perilaku yang anda ingin ia kembangkan. Namun ingatlah bahwa orang tua adalah contoh terdekat bagi anak anda. Jika anda ingin mereka bersikap sopan, maka anda pun harus bersikap yang sama, mereka akan mendengarkan anda jika anda juga mau mendengarkan mereka.

Kecerdasan Intrapersonal
Bantu anak-anak untuk belajar menentukan tujuan. Dorong mereka untuk membuat daftar hal-hal yang mereka inginkan atau ingin mereka lakukan lebih baik. Bantu mereka untuk memilah-milah tujuan tersebut menjadi langkah-langkah kecil.

Kecerdasan Logika-Matematika
Jika mereka terus bertanya mengenai cara kerja suatu benda, jawablah pertanyaan meerka dengan sabar dan dorong mereka untuk terus bertanya. Jika meerka inginmelakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, biarkan mereka mencobanya dahulu dan berikan motivasi untuk melakukannya sampai selesai. Jika mereka melakukan kesalahan, jelaskan dengan sabar dan jangan katakan bahwa anda sudah tahu bahwa cara itu tidak akan berhasil. Dorong mereka untuk ikut dalam kegiatan yang banyak membutuhkan kemampuan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis misalnya klub catur atau klub robotik. Beberapa permainan yang bisa mengembangkan kecerdasan ini adalah catur, puzzle, Halma, Stratego, Risk atau Sudoku.

Kecerdasan Linguistik
Anak-anak dengan tingkat kecerdasan linguistik tinggi gemar menulis, membaca dan berbicara. Biarkan mereka berdiskusi mengenai buku atau sesuatu yang mereka baca. Untuk memperkaya kosa kata mereka, berikan permainan seperti Boggle atau Scrabble.

Kecerdasan Visual Spasial
Berikan kesempatan bagi anak-anak untuk mengembangkan imajinasi mereka melalui melukis, menggambar, mewarnai, dan kegiatan sejenis. Kembangkan kreativitas mereka dengan mendorong mereka untuk merancang pakaian atau bangunan. Beberapa permainan yang mendukung kecerdasan visual spasial adalah LEGO dan Blokus.

Kecerdasan Musikal
Dorong anak anda untuk bergabung dengan kelompok paduan suara atau band di sekolah. Miliki satu jenis alat musik di rumah dan daftarkan ia ke dalam kursus musik. Perdengarkan berbagai jenis alat musik. Ajak mereka untuk mengarang lagu yang sesuai dengan kegiatan mereka saat itu.

Kecerdasan Kinestetik
Untuk mengembangkan jenis kecerdasan ini, dorong mereka untuk bergabung dalam tim olahraga di sekolah. Ajak mereka untuk melakukan kegiatan olah raga seperti berenang. Daftarkan mereka ke dalam kelas tari.

BAGAIMANA MENGIDENTIFIKASI KECERDASAN MAJEMUK SI KECIL ?
Ada berbagai cara untuk mengidentifikasi kecerdasan majemuk si kecil. Anda bisa datang ke psikolog dan minta untuk dilakukan tes terhadapnya. Masalahnya tes yang dilakukan umumnya berupa pertanyaan verbal dengan kunci jawaban yang standar. Hal ini bisa menjadi masalah jika si anak tidak mengerti benar pertanyaan yang diajukan karena berbagai alasan, misalnya perbedaan bahasa atau istilah yang digunakan, kondisi anak pada saat tes dilakukan (capek, ngantuk, marah) atau hambatan lain seperti spektrum autisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, cara lain untuk mengukur kecerdasan majemuk si kecil adalah dengan melakukan tes sidik jari. Berbagai hasil riset dari para ahli dermatoglyphics (ilmu yang mempelajari pola kulit) menunjukkan bahwa sidik jari berhubungan erat dengan perkembangan sistem syaraf seseorang. Hasil tes sidik jari ini dipercaya jauh lebih akurat daripada tes verbal. Cara termudah (dan temurah) adalah dengan melakukan pengamatan sendiri terhadap anak Anda. Berhati-hatilah dalam melakukan pengamatan. Anak anda mungkin mendapat nilai jelek dan tidak suka pada pelajaran matematika, namun sebenarnya dia memiliki tingkat kecerdasan logika matematika yang tinggi. Nilai jelek hanya karena dia tidak suka dan tidak mengerti cara mengajar sang guru matematika.

BEBERAPA PERTANYAAN UNTUK MEMBANTU MENGIDENTIFIKASI KECERDASAN MAJEMUK ANAK ANDA

Kecerdasan Logika Matematika
Apakah anak anda :
* Menyenangi pelajaran matematika?
* Senang menyelesaikan berbagai soal matematika?
* Senang bekerja dengan komputer?
* Sering bertanya mengenai cara kerja suatu benda?
* Senang permainan yang menggunakan strategi, seperti puzzle, catur atau othello?
* Senang melakukan percobaan ilmiah?

Kecerdasan Linguistik
Apakah anak anda :
* Senang membaca buku?
* Senang belajar kosa kata baru dan menggunakannya dalam berbicara atau menulis?
* Senang bercerita atau mendengarkan cerita?
* Memiliki ingatan yang baik tentang orang, tempat, nama dan tanggal?
* Sering kesal jika seseorang salah menggunakan kata?

Kecerdasan Spasial
Apakah anak anda :
* Senang menggambar?
* Atau senang mencoret-coret di atas kertas?
* Senang berkhayal?
* Lebih mudah membaca peta, gambar dan diagram dibandingkan tulisan?
* Dapat menemukan jalan di tempat baru tanpa harus ditunjukkan?
* Senang membongkar sesuatu dan menggabungkannya kembali?
* Senang bermain balok 3 dimensi seperti LEGO?

Kecerdasan Kinestetik
Apakah anak anda :
* Tidak bisa diam atau kakinya terus bergerak ketika sedang duduk untuk waktu yang agak lama?
* Senang melakukan kegiatan seperti berenang, berlari, naik sepeda atau bermain sepatu roda?
* Menggunakan bahasa tubuh dan gerakan tangan ketika berbicara dengan orang lain?
* Ingin menyentuh benda yang baru dikenalnya/ dilihatnya?
* Senang mencoba kegiatan olah raga baru dan tidak cepat lelah?
* Menunjukkan gerakan fisik yang berbeda sewaktu sedang berpikir atau bekerja?
* Menirukan gerakan tubuh orang lain?

Kecerdsan Musikal
Apakah anak anda :
* Senang mendengarkan musik?
* Senang bernyanyi atau bersenandung?
* Kesal jika suara musik dimatikan?
* Senang memainkan alat musik?
* Mudah mingingat irama suatu lagu walaupun baru mendengar satu kali?
* Memilki suara yang indah?

Kecerdasan Interpersonal
Apakah anak anda :
* Memiliki dua atau lebih sahabat dekat?
* Mengerti perasaan teman mereka dari raut wajah, gerakan tubuh dan suara?
* Memperhatikan perasaan temannya?
* Bisa berempati dengan orang lain?
* Membantu temannya menyelesaikan masalahnya?
* ¢Street Smart¢ ?
* Menempati posisi di organisasi sekolah atau kelompok?
* Merupakan pemimpin secara alamiah?

Kecerdasan Intrapersonal
Apakah anak anda :
* Senang menyendiri?
* Membutuhkan tempat yang tenang untuk dirinya?
* Bisa mengekspresikan perasasnnya secara tepat?
* Memiliki ketertarikan atau hobi yang tidak suka ia bicarakan?
* Menunjukkan kemandirian dan keras kepala?
* Memiliki kemampuan untuk menyadari kekuatan dan kelemahan dirinya?

Kecerdasan Naturalis
Apakah anak anda :
* Senang berada di luar ruangan dan senang bersepeda, mendaki gunung, berkemah, atau memancing?
* Senang mengkoleksi hal-hal yang berkaitan dengan alam misalnya bebatuan, bunga, dll?
* Tertarik dengan alam dan berusaha mempelajari secara rinci?
* Senang mengamati hal-hal yang terjadi di alam?
* Mempelajari hal-hal yang ditemukannya di alam?
* Senang mengamati bintang, bulan atau gelombang dan berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut?
* Senang binatang dan mau mempelajarinya?

Sumber : BeingMom.org

Tuesday, March 25, 2008

Menggeser Definisi

Dalam proses perekrutan tenaga kerja, pelamar/pencari kerja selalu diminta mengisi sebuah formulir aplikasi berisi pertanyaan mengenai biodata serta hal lain yang berhubungan tentang diri si pelamar. Dari sejumlah pertanyaan, ada satu pertanyaan yang sering dibiarkan tetap bersih atau tidak diisi oleh pelamar, yaitu: "Sebutkan prestasi yang pernah Anda raih?"

Kalaupun ada yang mengisi, biasanya sangat sedikit prestasi yang pernah diraih, dan kuantitas orang yang mengisi terpaut sangat jauh dengan yang melewatkannya. Mengapa hal ini bisa terjadi? Apakah jumlah orang yang berprestasi memang kenyataannya sangat sedikit? Sungguh sulitkah memperoleh prestasi? Sehingga dalam merekrut tenaga kerja, saya nyaris tidak menemukan calon karyawan yang memiliki banyak prestasi. Ini adalah sebuah korelasi yang aneh, mengingat data yang mereka kirim sebelumnya berupa surat lamaran dengan CV (curriculum vitae) atau resume, berisi banyak prestasi (setidaknya menurut saya).

Setelah melakukan proses interview/wawancara dan isnpeksi yang mendetil, faktanya mereka punya segudang prestasi. Mulai dari keberhasilan mereka menempuh pendidikan formil dengan nilai bagus, menguasai beberapa jenis olahraga, memiliki keterampilan atau keahlian di bidangnya masing-masing, bahkan tidak jarang seseorang memiliki beberapa keterampilan yang pantas dibanggakan. Mereka juga berhasil dalam menjalin hubungan, menikah, memiliki anak, punya rumah, kendaraan bermotor dan banyak lagi sukses yang mereka raih. Lantas mengapa mereka tidak mengisi formulir aplikasi tadi dengan prestasi tersebut? Hal apa yang membuat mereka seperti mengalami krisis kepercayaan diri? Sehingga tidak dapat menghargai apa yang telah diperolehnya. Bagaimana orang lain dapat menghargai mereka, sedangkan mereka tidak dapat menghargai diri sendiri? Lebih-lebih lagi mampu membuat orang lain bangga, jika mereka tidak memiliki rasa kebanggaan akan diri sendiri.
Rupanya hal ini dapat terjadi hanya karena sebuah hal sepele yaitu definisi.

Definisi prestasi
Mereka mendefinisikan prestasi sebagai suatu hasil luar biasa dahsyat yang telah dicapai, sebuah keberhasilan berstandard tinggi yang citranya hanya diperoleh segelintir orang. Dengan kemampuan berpikir dan menilai, prestasi diasumsikan sebagai kesuksesan dengan ukuran yang dipetakannya sendiri berdasar penilaian luar selingkungannya (eksternal), bahkan meyakini persepsinya yang belum tentu obyektif. Mereka membuat nilai teramat tinggi dengan memaknai prestasi sebagai barang mewah dimana sedikit orang saja yang sanggup menyandangnya. Sehingga saat perjuangannya tidak berhasil menyentuh ambang batas dari definisi tersebut, akan terjadi agresi yang meluluhkan keyakinannya.

Dari sini dapat muncul beberapa masalah seperti rasa rendah diri (inferior), kurang percaya diri, senang mengkritik hingga terus menyalahkan diri sendiri. Padahal dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sekalipun, prestasi hanya diartikan sebagai "hasil yang telah dicapai". Dengan kata lain, apapun yang pernah kita ingin raih, baik benda situasi atau kondisi, dan itu berhasil diperoleh, maka dapat dipastikan itu adalah sebuah prestasi.

Prestasi tidak mengandung konotasi negatif, artinya keberhasilan memiliki benda, situasi atau kondisi yang diharapkan adalah semata untuk kebaikan, mengingat semua orang mengharapkan dan berambisi menggapai hal-hal yang baik, meski sedikitnya untuk diri sendiri.

Penulis pernah mewawancarai seorang pelamar yang hanya berpendidikan SLTA (padahal syarat minimal yang dibutuhkan adalah D3/Diploma), Dia mengisi form aplikasi dengan berderet prestasi, yang sekilas adalah hal biasa, seperti : Lulus SD, SMP & SMA, bekerja, membiayai sekolah adik, membantu orang tua dan banyak lagi yang nampaknya kecil tanpa arti. Tapi sungguh luar biasa kepercayaan dirinya dengan melamar posisi jabatan yang notabene mensyaratkan latar belakang pendidikan di atas pendidikan formil yang dimilikinya. Ketika hal tersebut ditanyakan padanya, Ia menjawab:

"Saya memang hanya lulus SMA, tapi saya bangga lulus dari sana. Saya juga bangga dengan pekerjaan administrasi yang saat ini saya geluti, karena saya yakin pekerjaan saya sangat berarti dalam mendukung pekerjaan lain yang ujungnya membantu perusahaan dalam memenuhi tujuannya. Lagipula pekerjaan yang saya jalani dengan sungguh-sungguh, membawa dampak yang sangat berarti bagi perkembangan diri saya. Dengannya (bekerja) saya bisa banyak belajar, saya banyak memperoleh pengetahuan. Dengan bekerja saya dapat bersosialisasi, mengembangkan identitas diri, meningkatkan ketrampilan dan mengabdikan diri. Bekerja saya yakini sebagai cara saya beribadah kepada Tuhan atau ungkapan rasa syukur karena dipercaya melaksanakan sebuah amanah. Dari bekerja saya dapat memenuhi kebutuhan diri sendiri, membantu orangtua, bahkan saat ini saya dapat membiayai sekolah adik saya. Jadi, karyawan seperti itulah yang akan Bapak (pewawancara/penulis) dapatkan dengan merekrut saya. Namun jika memang pendidikan menjadi syarat mutlak, saya akan menerima penolakan dengan lapang dada. Tidak akan saya merasa rendah diri apalagi menyalahkan orang lain. Bagaimana Pak? Kapan saya bisa bergabung untuk bekerja di perusahaan ini?"

Bagaimana jawaban yang diberikan si pelamar tersebut? Hebat? Meski semua yang dikatakan bukan sekedar hiperbola, tapi menurut saya biasa saja. Yang luar biasa adalah kepercayaan dirinya yang tinggi. Kebanggaannya atas prestasi yang telah dicapai itulah yang membuat saya mengambil keputusan memberinya kesempatan bekerja.

Bila kita cermati, hal pokok yang dimiliki oleh si pelamar adalah tindakan dalam menggeser definisinya terhadap kesuksesan.

Menggeser definisi
Dengan motivasi diri, sikap mental yang sehat ditambah berpikir positif, sah-sah saja bila seseorang menargetkan titik sasaran dengan harapan yang tinggi. Penulis pernah juga melakukan hal tersebut ketika memutuskan untuk menulis.

Bertumpu pada kekaguman atas karya sastra yang dibuat seorang Pramoedya Ananta Toer, maka penulis memutuskan untuk menjadi seorang yang mampu melahirkan tulisan sekelas beliau. Bahwa definisi seorang penulis sukses adalah yang mampu membuat tulisan seperti yang diciptakan Mas Pram (panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer). Setelah membaca begitu banyak buku-buku karyanya, saya mulai berlatih menulis dan terus menulis hingga berbilang tahun. Namun sejalan dengan itu, tak satu-pun tulisan yang saya buat dapat mendekati keindahan warna yang harmonis dari tulisan Mas Pram, apalagi menyamainya. Kegagalan yang terus menerus saya alami, menimbulkan pertanyaan kepada diri sendiri; Apakah saya tidak berbakat menulis? Sedangkan saya memiliki dukungan referensi yang jauh lebih baik dari yang dimiliki Mas Pram. Saya juga menggunakan teknologi dan ketenangan hidup yang jauh lebih baik darinya, mengingat sebagian besar waktu Mas Pram banyak dihabiskan di penjara.

Lantas, apa yang salah? Evaluasi diri secara obyektif sudah saya lakukan, berpikir positif, hingga self affirmation berupa kata-kata yang membangkitkan rasa percaya diri seperti: "Saya pasti bisa!", "Saya pasti berhasil!" dan banyak lagi. Tetap saja tak satu-pun tulisan berhasil saya tetaskan. Puncaknya kegagalan demi kegagalan mampu menggerus kepercayaan diri saya hingga saya mengalami krisis kepercayaan diri. Ujung-ujungnya, saya tidak menghargai segala usaha yang pernah saya lakukan, terlebih lagi, tidak ada kebanggaan.

Untungnya, kegagalan di sini bukanlah kematian. Kegagalan adalah sebuah penemuan dan pelajaran berharga untuk melangkah kemudian. Setelah gagal merunut tali-temali proses yang telah dijalani, saya melihat kesalahan justru terjadi pada judul skenario kehidupan yang saya citakan, yaitu definisi penulis sukses. Maka saya menggeser definisi tersebut, bahwa penulis sukses adalah seseorang yang tidak pernah berhenti menulis untuk terus menyumbangkan ide dari pikirannya untuk kemaslahatan dan perbaikan hidup orang lain.

Seseorang tidak akan pernah bisa menyenangkan semua orang. Tulisan yang saya buat, mungkin tidak berarti sama sekali untuk sekelompok orang, basi buat komunitas lain, tapi untuk segelintir orang yang baru atau terus belajar, tulisan ini memiliki pencerahan tersendiri. Bukankah ilmu itu akan hilang kalau kita tidak mengikatnya dengan tulisan? Meski belum banyak ide dan pemikiran yang saya sumbangkan dalam bentuk tulisan, tapi dengan tulisan yang dibaca banyak orang, saya sudah merasa sukses sebagai penulis dengan definisi yang saya buat, setidaknya membawa ketentraman dan kebahagiaan dalam bathin saya sendiri.

Perasaan ini mendatangkan kebanggaan yang terus memompa semangat untuk melakukan lebih. Tentunya definisi penulis sukses yang saya buat tidaklah statis. Artinya, setelah meraihnya, saya akan kembali menggeser definisi tersebut ke tingkatan di atasnya. Misalnya: Penulis sukses adalah seseorang yang tulisannya telah dibukukan dan didistribusikan ke pembaca. Hal ini memacu saya untuk terus menembus ambang batas definisi.

Persoalan menggeser definisi terhadap sesuatu, juga dapat kita lakukan untuk berbagai hal. Bisa kita lakukan untuk tujuan yang kita kejar, kondisi yang kita alami, suasana hati yang kita rasakan atau segala sesuatu yang kita miliki. Bukankah kata-kata "Kegagalan adalah sukses yang tertunda" adalah sebuah penggeseran definisi? Lihat saja dalam kamus bahasa Indonesia, gagal diartikan sebagai tidak berhasil atau tidak tercapai, yang untuk sebagian orang, gagal berarti kalah; tamat atau akhir.

Ide tulisan ini lahir saat saya ikut terjun dalam kemacetan lalu lintas saat menuju ke kantor. Definisi macet buat saya adalah barisan antrian, dimana dapat saya lalui setelah tiba giliran. Memang kondisi macet tidaklah menyenangkan, tapi apa definisi kita untuk kata "Senang"?

Relatifitas definisi
Telah disinggung pada paragraf di atas mengenai definisi yang sifatnya tidak statis, tidak absolut. Dengan kata lain, definisi yang diberikan seseorang dan didukung orang banyak, bahkan disepakati untuk ditorehkan pada buku atau kamus, bukanlah kebenaran mutlak. Artinya definisi seseorang terhadap sesuatu dapat berbeda dengan definisi orang lain. Hal ini juga menyebabkan perbedaan atas tindakan yang dilakukan.

Oleh karenanya, buatlah sendiri definisi terhadap sesuatu, jangan sekedar menelan mentah-mentah definisi yang dibuat orang lain. Kita memang tidak dapat membuat definisi sesuka hati, lebih-lebih definisi yang kita buat menyalahi makna dari sesuatu yang diartikan. Namun geserlah definisi tersebut. Dengan berpikir positif, kita dapat menggeser sebuah definisi menjadi kata yang mengandung arti positif. Tindakan yang akan dilakukan kemudian, juga adalah perbuatan positif sebagai efek langsung dari positifnya definisi yang dibuat. Tingkatkan kadarnya untuk sebuah keberhasilan yang ditempuh, dengan menggeser kembali definisi pada level di atasnya.

Definisi saya terhadap pembaca adalah: orang yang mau dan terus belajar meningkatkan perkembangan dirinya, juga memberikan pencerahan kepada penulis melalui saran atau kritikannya.

Mari kita mulai memeriksa ketepatan dari definisi terhadap sesuatu. Sudah tepatkah definisi yang ada dengan perasaan, pikiran dan kondisi kita masing-masing.

art. by: Mugi S

Monday, March 24, 2008

Pemimpin Harus Siap Dicerca dan Dicemooh

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyatakan, dengan memetik teladan Nabi Muhammad SAW, para pemimpin di Tanah Air yang tengah memegang amanah untuk bertanggung jawab saat ini, harus siap menerima sikap yang kurang sabar dari sebagian anggota masyarakat. Sikap kurang sabar itu muncul akibat persoalan-persoalan yang muncul dari masa lalu, masalah yang baru muncul sekarang dan akibat pengaruh dari luar negeri akibat naiknya harga minyak, harga komoditas dan keuangan global.

"Kita juga harus siap menerima sikap kurang sabar dari sebagian saudara kita, dan bahkan barangkali juga cemooh dan cercaan karena semata-semata kita sedang memegang amanah. Itu harus kita terima. Tidak boleh ada kata menyerah dan putus asa. Marilah kita hadapi dan kita jalani dan terus kita bangun negeri tercinta ini untuk menuju hari esok yang lebih baik," ujar Presiden Yudhoyono saat memberikan sambutan di acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/3) malam. Hadir dalam acara itu Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla dan sejumlah menteri Kabinet Indonesia Bersatu serta sejumlah undangan di antaranya para duta besar negara-negara sahabat yang ada di Jakarta.

Menurut Presiden, yang dirasakan rakyat sekarang ini disebabkan banyak hal. "Sebagian dari kelanjutan masa.lalu, sebagian masalah yang muncul sekarang ini dan sebagian lagi yang mengalir dari masalah perkembangan dunia sebagai akibat krisis dunia seperti keuangan dan kenaikan hargaaminyak dan harga pangan, sambil kita terus memohon petunjuk dari Allah SWT. Marilah kita bersyukur dan berjuang untuk atasi masalah itu," tambah Presiden.

Pelajaran yang dapat dipetik untuk menjadi bahan refleksi pada peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, lanjut Presiden adalah sifat beliau yang sabar, tawakal, tetap bersyukur kepada Allah SWT meskipun harus menghadapi tantangan dan ujian apapun. "Juga teladan sikap beliau yang bertanggung jawab, terus berikhtiar dan berusaha keras untuk memecahkan masalah. Berangkat dari dua hal itulah, saya mengajak pemimpin di negeri ini yang saat ini tengah memegang amanah untuk dapat terus mencontoh kepemimpinan Rasululah, Sang Teladan. Marilah, dengan iklas kita tanggung segala ujian dan tantangan, dengan tegar," tambah Presiden Yudhoyono.

Adapun Menteri Agama Maftuh Basyuni menyatakan salah satu kunci sukses kepemimpinan Rasululah adalah kesesuaian antara niat, ucapan dan tindakan sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan mencintai umatnya lebih dari kecintaan kepada dirinya sendiri. "Seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mencintai umat dan rakyatnya secara iklas, yang mendahulukan kepentingan mereka di atas kepentingan pribadi ataupun kelompoknya," tambah Maftuh.

Rahmatan Lil ' Alamin

Sementara, dalam ceramahnya yang berjudul Maulid Nabi dan Peningkatan Solidaritas Umat Menuju Islam Rahmatan Lil ' Alamin, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo, Semarang Prof Dr H Abdul Djamil, mengajak umat Islam untuk terus meningkatkan keimanan dan KeIslaman serta solidaritas menuju Islam yang Rahmatan Lil' Alamin (menjadi rahmat bagi segala alam semesta).

"Ikon Islam Rahmatan Lil ' Alamin ini menjadi sedemikian strategis ditilik dari perkembangan peradaban dewasa ini, yang di sana sini masih saja ada ketimpangan menyangkut pengentasan kemiskinan, pendidikan, jender, kesehetan, lingkungan, ketidakadilan, kemitraan global dan lain-lain," ujar Abdul Djamil.

kompas.com

Belajar Dari Sebuah Pohon Tua

Alkisah ada seorang anak yang baru lulus dari sekolah hendak pergi ke kota. Tujuan utamanya untuk mencari pekerjaan. Dan tentu saja merubah nasib. Dia hanya seorang anak petani biasa. Setiap hari dia selalu terbiasa dengan hidup yang sangat sederhana. Orang tuanya sudah terlalu tua untuk diandalkan. Akhirnya menjelang kepergiannya ke kota. Dia pun bertemu dengan bapaknya untuk meminta nasehat. ”Bapak, besok subuh anakmu ini mau berangkat mencari kerja ke kota. Kiranya bapak mengizinkan aku untuk pergi”. Bapak itu pun berkata,” Anakku, bapak tidak bisa membekalimu apa-apa? Tapi sebelum engkau pergi. Bapak mau menunjukkan sesuatu kepada kamu.” Si anak pun melihat bapaknya dengan penuh tanda tanya. ”Apakah itu, Bapak?”. Si Bapak tidak menjawab. Dia tersenyum dan berkata,”Mari ikut aku?”. Lalu dia pun berjalan. Diikuti oleh anaknya dari belakang dengan penuh tanda tanya.

Ternyata mereka pergi ke belakang halaman rumah. Disitu ada sebuah pohon tua yang sangat besar. Umurnya mungkin sudah ratusan tahun. Mereka pun sampai. Dan berdiri persis di depan pohon tua tersebut. Si bapakpun berkata,” Anakku coba kau perhatikan pohon tua ini?”. Si anak pun mulai memperhatikan pohon tua itu. Yang bisa dilihatnya hanya sebuah pohon tua tidak mempunyai arti. Batangnya pun sangat sulit dipeluk dengan mengandalkan seorang diri. Butuh tiga sampai lima orang. Pohon ini pun tidak tahu termasuk jenis tanaman apa? Yang dia tahu pohon ini sudah ada sejak dia masih kecil. Bisa jadi sebelum dia lahir. ” Bapak, aku tidak melihat yang istimewa dari pohon ini”. Jawab si anak. Si bapak pun secara perlahan-lahan mulai mendekati pohon itu lebih dekat lagi. Dan tangannya pun menyentuh akar pohon tersebut. Lalu dia pun berkata,” Pohon itu begitu kokoh berdiri sampai dengan sekarang. Padahal kita tidak pernah merawatnya. Diapun tumbuh secara alamiah. Ketika hujan dia pun menjadi basah. Kemaraupun pun dia menjadi kekeringan. Tapi lewat proses kehujanan dan kekeringan membuat dia menjadi kokoh dan kuat.”

Si bapak memandang wajah anaknya dengan penuh arti. Sambil melanjutkan perkataannya,” Setiap kali kamu menghadapi persoalan ketika kamu di kota. Ingatlah pohon ini? Dia bisa melewati semuanya dengan baik. Walaupun kamu mengalami persoalan besar sekalipun. Itu semua menjadikan kamu lebih kuat dan tegar. Tidak terhempas oleh angin yang besar. Andalkan Sang Pencipta untuk membantu hidupmu. Bila engkau hanya mengandalkan dirimu sendiri dan orang lain itu hanya bersifat sementara. Kamu lebih banyak kecewa. Tapi bila engkau mengandalkan Sang Pencipta kamu tidak pernah kecewa.” Si bapak pun mengakhiri percakapan dengan si anaknya. Si anakpun mulai mengerti. Bahwa di kota nanti dia harus siap menghadapi setiap kesulitan. Dan hanya mengandalkan Sang Pencipta dia pasti berhasil meraih impiannya.

Para Veteran yang budiman,
Dalam kehidupan kita zaman sekarang ini. Kita selalu teransang untuk mencapai kesuksesan secara cepat. Istilah kerennya secara instan. Tanpa mau bersusah payah. Padahal kita semua tahu bahwa ada satu hukum alam yang tidak mungkin kita hindari yaitu hukum proses. Coba ingat ketika kita masih bayi. Kita pun mulai dari belajar merangkak. Lewat proses jatuh bangun beberapa kali. Mungkin bisa juga ratusan kali. Kita baru bisa belajar berdiri. Setelah kedua kaki kita kokoh dan kuat. Barulah kita mulai melangkah. Mulai dari satu, dua, tiga sampai proses melangkah lancar. Barulah kita mulai bisa berjalan. Setelah kita lancar berjalan, maka kita berlari, memanjat, melompat dan semua aktivitas lainnya yang bisa kita lakukan. Apakah semuanya secara instan? Jawabnya pasti. Tidak!. Semuanya lewat sebuah proses perjuangan.

Pertanyaan saya, bagaimana supaya kita bisa melewati proses kehidupan ini secara kuat dan kokoh? Tentu saja kita harus siap menghadapi setiap kesulitan yang datang. Bukan menghindarinya. Lihat saja batu karang yang keras. Bisa tembus lewat proses tetesan air secara terus menerus. Dengan diuji membuat mental kita menjadi kuat. Disinilah timbul kekuatan mental kita seperti keberanian, keuletan, kesetiaan, dll. Dan satu lagi yang membuat kita kuat adalah kita harus mempunyai mentor. Orang yang siap memberikan masukan bagi setiap kemajuan kita. Mentor yang paling setia adalah orang tua kita. Merekalah pendorong buat kita lebih maju. Kita pun bisa memilih mentor, orang yang sudah mempunyai prestasi dan reputasi dibidang yang kita geluti. Tidak hanya memberikan kritikan. Tapi dia juga mampu membimbing kita menjadi sukses. Dan tak lupa sang mentor sejati adalah Sang Pencipta sendiri. Kita harus selalu mendengarkan nasehatnya. Melalui doa secara rutin. Tak lupa kita bersyukur atas permberiannya setiap hari.

Monday, March 17, 2008

Selalu Ada Cara Yang Lebih Baik

Dikisahkan ada seorang anak laki-laki yang buta sedang duduk di anak tangga pada sebuah bangunan. Ia memegang sebuah papan tanda yang bertuliskan "Tolong bantu saya, saya buta, tolong bantu saya". Topi yang ia gunakan untuk menerima uang yang diberikan orang yang melewatinya hanya terisi beberapa buah uang recehan saja walaupun ia sudah duduk di sana semenjak pagi hari hingga siang. Lewatlah seorang laki-laki paru baya, ia merogoh kantong bajunya dan memasukkan beberapa uang receh ke dalam topi tersebut.

Setelah itu ia mengambil papan tanda yang digunakan anak laki-laki buta tersebut, memutarnya, dan menuliskan beberapa kata. Kemudian ia memutar kembali papan kecil tersebut ke arah semula sehingga semua orang yang melewati anak laki-laki buta tersebut akan melihat kata-kata yang baru saja ia tuliskan. Topi yang tadinya hanya terisi beberapa uang receh dalam waktu yang relatif tidak terlalu lama sudah terisi dengan uang receh yang jauh lebih banyak dibandingkan jumlah semula.

Sore itu laki-laki paru baya tadi yang telah merubah papan tanda menghampiri anak laki-laki buta tersebut untuk melihat apa yang terjadi setelah ia menuliskan beberapa kata-kata baru tersebut. Anak laki-laki buta yang dikaruniahi pendengaran yang sangat tajam itu dengan mudahnya dapat mengenali langkah kaki laki-laki paru baya tersebut dan bertanya, "Apakah Anda yang merubah papan tanda saya siang tadi dan apa yang Anda tuliskan?"

Laki-laki paru baya itu menjawab, "Saya hanya menuliskan kebenaran, saya menuliskan apa yang kamu tuliskan tetapi dengan cara yang berbeda." K

ata-kata yang dituliskan oleh laki-laki paru baya itu adalah "Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak dapat melihatnya."

Apakah papan tanda dengan tulisan pertama dan kedua mengatakan hal yang sama? Tentu saja kedua tulisan tersebut memberitahukan bahwa anak laki-laki tersebut buta. Tetapi papan tanda pertama secara gamblang memberitahukan kapada orang-orang untuk membantu memasukkan uang receh ke dalam topi.

Papan tanda kedua memberitahukan orang-orang bahwa mereka bisa menikmati indahnya hari itu tetapi anak laki-laki tersebut tidak dapat menikmatinya karena ia buta. Apakah mengherankan kalau papan tanda dengan tulisan kedua lebih efektif dimana uang receh yang didapatkan lebih banyak dalam waktu yang relative lebih singkat?

Ada beberapa pelajaran yang mungkin bisa dipetik dari cerita ini, namun izinkan saya untuk membahas hanya satu pelajaran saja yaitu selalu ada cara yang lebih baik untuk melakukan sesuatu.

Mentor saya motivator nomor satu Indonesia, Bapak Andrie Wongso tidak hanti-hentinya mengingatkan banyak orang yang telah mengikuti seminarnya bahwa, "If better is possible good is not enough." Jika yang lebih baik memungkinkan baik saja tidaklah cukup. Kelihatannya pelajaran yang satu ini telah diamalkan oleh salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Bina Nusantara Computer Club (BNCC).

Betapa tidak karena UKM BNCC pada tangal 14 Januari 2008 telah meluncurkan majalah FILE yaitu free IT magazine yang dicetak sebanyak 12.000 eksemplar dan dibagikan anggotanya yang berjumlah kurang lebih 700 orang mahasiswa Universitas Bina Nusantara dan kepada umum yang didistribusikan ke beberapa universitas, SMU, café dan restoran, training center, serta beberapa pusat penjualan komputer di Jakarta.

Majalah baru ini diluncurkan sebagai pengganti majalah yang salama ini dijual dengan nama "bitmap" dimana setelah dilakukan evaluasi yang mendalam dengan memperhatikan sumber daya yang ada kelihatannya sangat kecil peluangnya untuk dapat dipertahankan eksistensinya dan bersaing dengan majalah sejenis di masa yang akan datang.

Tidak pernah sekali pun saya mendengarkan pengurus BNCC berkeluh kesah mengenai masalah ini tetapi dengan tenang dan dewasa mereka bersama pembimbingnya dan saya mengevaluasi dan akhirnya memutuskan untuk menghentikan majalah yang lama dan menerbitkan majalah yang baru. Sukses buat Tri Danur Wenda Sukardjo selaku penanggung jawab umum majalah File yang juga ketua BNCC dan Junny Wijaya selaku Pimpinan Redaksi majalah File.

Tidak mengherankan jika Ibu Amylia, Operation Manager of Hong Kong Café memberikan selamat dengan mengatakan "Congratulation for File Magazine. It's a new generation in the Free IT Magazine. Always success and also be a popular magazine."

Demikian juga dengan Bapak Tim Handley, Asia Pacific Sales Manager of Gigabyte yang ikut memberikan selamat dengan mengatakan "Congratulations to File Magazine. I've never seen a free IT Magazine before...and I think this is a very spectacular idea from teenagers like you all." "

Saya mewakili Brothers Indonesia ingin mengucapkan selamat kepada BNCC atas keberhasilannya me-launch majalah Free IT pertama di Indonesia", demikian kata Fredrick Lo, Country Manager Brothers Indonesia. Dimana ada kemauan di situ ada jalan. Pepatah lama ini mengingatkan kita bahwa selalu ada jalan atau cara yang lebih baik yang sebenarnya tidaklah terlalu sulit untuk kita temukan apabila kita mempunyai kemauan untuk menemukannya.

"Anything is possible if you really want to", segala sesuatu mungkin jika Anda betul-betul menginginkannya, demikian ditegaskan oleh Bapak Krishnamurti - mindset motivator yang terkenal di Indonesia. Memang betul ada pepatah yang mengatakan, nasi sudah menjadi bubur yang seolah-olah menyiratkan makna bahwa bahwa kalau nasi sudah menjadi bubur tidak ada lagi yang bisa kita lakukan untuk mengubah bubur tersebut menjadi nasi.

Katakanlah kondisi yang kita hadapi begitu buruknya namun itu tidak berarti kita harus berdiam diri dan pasrah begitu saja. Pasti ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk membuat kondisi menjadi lebih baik. Untuk apa terpaku dengan pepatah lama tersebut. Walaupun kita tidak bisa mengubah bubur menjadi nasi bukankah kita bisa menjadikannya bubur ayam yang nikmat kalau dimakan.

Ibu Rahayu Ratnaningsih dalam bukunya Be Happy While Pursuing Your Dream mengatakan pada saat nasi sudah menjadi bubur, sesungguhnya selalu ada sesuatu yang kita bisa perbuat sehingga bubur tersebut malah lebih sedap dimakan daripada nasinya.

Faktor Luck Dalam Kesuksesan

Dalam beberapa kali seminar motivasi, sering kali ada pertanyaan sejauh mana faktor "luck", hoki atau keberuntungan menentukan kesuksesan seseorang? Sebenarnya apa yang dimaksud dengan "luck", hoki atau keberuntungan di sini? Misalkan anda mempunyai tabungan dan pihak Bank mengadakan gebyar undian berhadiah mobil BMW. Katakan ada 7.5 juta nasabah bank tersebut di seluruh Indonesia. Berapa peluang keberuntungan anda? Peluang anda menang undian tersebut sangat kecil yaitu hanya 1/7.5 juta! Namun seandainya tiba-tiba anda diumumkan sebagai pemenang undian mobil tersebut maka dikatakan bahwa "lucky", beruntung atau sedang mendapatkan hoki. Kenapa ? Karena anda tidak ikut secara langsung dalam "proses" yang mengakibatkan anda memenangkan undian tersebut. Fenomena ini sama dengan misalnya kita hidup santai, makan uang warisan. Kerjanya memasang undian judi togel atau semacam Porkas di masa lalu. Semakin banyak membeli maka kemungkinan peluang akan semakin besar. Namun juga peluangnya masih terlalu kecil dibandingkan jutaan pesertanya misalnya.

Saya yakin banyak di antara kita sangat percaya akan ramalan bintang, ramalan nasib dan ramal-meramal lainnya. Ada suatu cerita lucu dari pak Andrie Wongso-sang motivator no 1 Indonesia ini. Suatu ketika pada saat masih kecil beliau dibawa ke tukang ramal oleh orang tuanya untuk mengetahui keberuntungan nasibnya kelak. Ketika telapak tangan beliau dilihat kemudian dia ditanya apa shionya, dijawab oleh pak Andrie Wongso bahwa shionya adalah Kuda. Kontan saja kaget sang peramal maka dia menjawab bahwa nanti Andrie Wongso ketika besar akan sengsara hidupnya. Kemudian ditanya lagi lahirnya pagi, siang atau malam. Dijawab oleh Andrie muda bahwa dia lahir pagi hari. Apa kesimpulan sang peramal? Andrie Wongso muda diramalkan akan hidup sengsara sepanjang hidupnya! Untung saja hal ini tidak diambil hati oleh Andrie Wongso muda. Jelas saja diramal sengsara, karena penampilan keluarga pak Andrie yang saat itu sangat sederhana karena keterbatasan ekonomi yang ada. Meskipun SDTT (Sekolah Dasar Tidak Tamat) pak Andrie berjuang keras meraih impian demi impiannya. Kerja kerasnya membuahkan kesuksesannya kini. "Luck" atau keberuntungannya diraih setelah beliau bekerja dengan sangat dan sangat keras.

Tahun 2008 ini merupakan hal yang fenomenal buat Sriwijaya FC, kesebelasan kebanggaan masyarakat Palembang. Meskipun baru berusia 4 tahun, namun Sriwijaya FC bisa menggabungkan 2 gelar bergengsi di tanah air yaitu Copa Indonesia Dji Samsoe dan Liga Indonesia Djarum. Apakah kesuksesan Sriwijaya FC ini berkat "luck" atau keberuntungan semata? Tentu saja tidak bukan? Sriwijaya FC bekerja sangat keras bahkan dengan menginvestasikan uang yang tidak sedikit untuk mengangkat persepakbolaan daerahnya. Dimulai dari pembangunan stadion bertaraf internasional, hingga perekrutan sang arsitek Rahmad Darmawan - pelatih yang dikenal selalu sukses menangani sebuah klub sepakbola serta perekrutan pemain berkualitas.

Klub sepakbola yang baik bukanlah klub yang dihuni semua pemain "bintang" di semua posisi. Namun lebih ke arah bagaimana membangun suatu kerjasama yang padu antara official, pelatih dan pemain. Jika official campur tangan dalam perekrutan pemain atau bahkan pemilihan pemain ketika pertandingan maka sudah pasti akan kacau. Bukan itu saja, kunci sukses Sriwijaya FC bukanlah sekedar mereka berlatih keras dan ngotot bermain namun juga adalah persaudaraan di antara semua pemain dan pelatih di dalam dan di luar lapangan. Hal ini akan membuahkan hasil yang optimal antara kerja keras pemain (ngotot) dan kerjasama di lapangan. Pemain tidak bernafsu untuk mengusung ego sendiri dengan berusaha membikin golnya sendiri namun lebih melihat siapa temannya yang lebih bebas untuk mencetak gol. Semua pemain akan rela "mati" di lapangan demi kesuksesan untuk klub tercintanya. Jadi jelas keberhasilan Sriwijaya FC bukan sekedar mengandalkan "luck" atau keberuntungan semata namun "luck" mereka merupakan perpadauan berbagai hal.

Menarik apa yang dikatakan oleh Thomas Jefferson bahwa "I'm a great believer in luck and I find the harder I work, the more I have of it yang artinya kurang lebih bahwa "Saya sangat percaya akan suatu keberuntungan dan saya menemukannya setelah saya bekerja keras. Lebih keras lagi saya bekerja maka keberuntungan akan lebih banyak saya peroleh." Langston Coleman mengamini apa yang dikatan Thomas Jefferson bahwa "Luck is what you have left over after you give 100 percent" artinya bahwa keberuntungan akan datang setelah kita berusaha 100 persen!

Mungkin nggak seandainya kita kerjanya setiap hari ngobrol ngalor ngidul alias ngerumpi dan duduk-duduk di jalan, tiba-tiba mendapat keberuntungan ada mobil lewat dan turun mengangkat kita menjadi manager suatu perusahaan asing? Tentu tidak mungkin bukan. Jelaslah bahwa tidak ada kesuksesan yang datang secara tiba-tiba atau hanya karena keberuntungan semata. Kesuksesan merupakan perpaduan antara pecanangan impian, goal, komitmen, kegigihan, kejujuran dan kerja keras pantang menyerah. Setelah kita berjuang semampu kita maka "luck" atau keberuntungan akan datang dan bukan sebaliknya, jika kita hanya menunggu faktor "luck" atau keberuntungan saja akan menyebabkan kita malas dan semakin malas. Kita menyalahkan orang lain dan keadaan karena "luck" tidak kunjung datang. Tanpa usaha kerja keras meraih impian maka sudah pasti sengsara yang akan kita dapat! Apakah anda setuju?

Dari: F. Prajnanta

Monday, March 10, 2008

Renungan untuk para suami: Bila Istri Cerewet

Oleh : Ahmad Bustam

Adakah istri yang tidak cerewet? Sulit menemukannya. Bahkan istri Khalifah sekaliber Umar bin Khatab pun cerewet.

Seorang laki-laki berjalan tergesa-gesa. Menuju kediaman khalifah Umar bin Khatab. Ia ingin mengadu pada khalifah; tak tahan dengan kecerewetan istrinya. Begitu sampai di depan rumah khalifah, laki-laki itu tertegun. Dari dalam rumah terdengar istri Umar sedang ngomel, marah-marah. Cerewetnya melebihi istri yang akan diadukannya pada Umar. Tapi, tak sepatah katapun
terdengar keluhan dari mulut khalifah. Umar diam saja, mendengarkan istrinya yang sedang gundah. Akhirnya lelaki itu mengurungkan niatnya, batal melaporkanistrinya pada Umar.

Apa yang membuat seorang Umar bin Khatab yang disegani kawan maupun lawan, berdiam diri saat istrinya ngomel? Mengapa ia hanya mendengarkan, padahal di luar sana,ia selalu tegas pada siapapun?

Umar berdiam diri karena ingat 5 hal. Istrinya berperan sebagai BP4. Apakah BP4 tersebut?

1. Benteng Penjaga Api Neraka

Kelemahan laki-laki ada di mata. Jika ia tak bisa menundukkan pandangannya, niscaya panah-panah setan berlesatan dari matanya, membidik tubuh-tubuh elok di sekitarnya. Panah yang tertancap membuat darah mendesir, bergolak, membangkitkan raksasa dalam dirinya. Sang raksasa dapat melakukan apapun demi terpuasnya satu hal; syahwat.

Adalah sang istri yang selalu berada di sisi, menjadi ladang bagi laki-laki untuk menyemai benih, menuai buah di kemudian hari. Adalah istri tempat ia mengalirkan berjuta gelora. Biar lepas dan bukan azab yang kelak diterimanya Ia malah mendapatkan dua kenikmatan: dunia dan akhirat.

Maka, ketika Umar terpikat pada liukan penari yang datang dari kobaran api, ia akan ingat pada istri, pada penyelamat yang melindunginya dari liukan indah namun membakar. Bukankah sang istri dapat menari, bernyanyi dengan liuka yang sama, lebih indah malah. Membawanya ke langit biru. Melambungkan raga hingga langit ketujuh. Lebih dari itu istri yang salihah selalu menjadi penyemangatnya dalam mencari nafkah.

2. Pemelihara Rumah

Pagi hingga sore suami bekerja. Berpeluh. Terkadang sampai mejelang malam. Mengumpulkan harta. Setiap hari selalu begitu. Ia pengumpul dan terkadang tak begitu peduli dengan apa yang dikumpulkannya. Mendapatkan uang, beli ini beli itu. Untunglah ada istri yang selalu menjaga, memelihara. Agar harta diperoleh dengan keringat, air mata, bahkan darah tak menguap
sia-sia Ada istri yang siap menjadi pemelihara selama 24 jam, tanpa bayaran.

Jika suami menggaji seseorang untuk menjaga hartanya 24 jam, dengan penuh cinta, kasih sayang, dan rasa memiliki yang tinggi, siapa yang sudi? Berapa pula ia mau dibayar. Niscaya sulit menemukan pemelihara rumah yang lebih telaten daripada istrinya. Umar ingat betul
akan hal itu. Maka tak ada salahnya ia mendengarkan omelan istri, karena (mungkin) ia lelah menjaga harta-harta sang suami yang semakin hari semakin membebani.

3. Penjaga Penampilan

Umumnya laki-laki tak bisa menjaga penampilan. Kulit legam tapi berpakaian warna gelap. Tubuh tambun malah suka baju bermotif besar. Atasan dan bawahan sering tak sepadan. Untunglah suami punya penata busana yang setiap pagi menyiapkan pakaianannya, memilihkan apa
yang pantas untuknya, menjahitkan sendiri di waktu luang, menisik bila ada yang sobek. Suami yang tampil menawan adalah wujud ketelatenan istri. Tak mengapa mendengarnya berkeluh kesah atas kecakapannya itu

4. Pengasuh Anak-anak

Suami menyemai benih di ladang istri. Benih tumbuh, mekar. Sembilan bulan istri bersusah payah merawat benih hingga lahir tunas yang menggembirakan. Tak berhenti sampai di situ. Istri juga merawat tunas agar tumbuh besar. Kokoh dan kuat. Jika ada yang salahdengan pertumbuhan sang tunas, pastilah istri yang disalahkan. Bila tunas membanggakan lebih dulu suami maju ke depan, mengaku, ?akulah yang membuatnya begitu.? Baik buruknya sang tunas beberapa tahun ke
depan tak lepas dari sentuhan tangannya. Umar paham benar akan hal itu.

5. Penyedia Hidangan

Pulang kerja, suami memikul lelah di badan. Energi terkuras, beraktivitas di seharian. Ia butuh asupan untuk mengembalikan energi. Di meja makan suami Cuma tahu ada hidangan: ayam panggang kecap, sayur asam,sambal terasi danlalapan. Tak terpikir olehnya harga ayam melambung; tadi bagi istrinya sempat berdebat, menawar, harga melebihi anggaran. Tak perlu suami memotong sayuran, mengulek bumbu, dan memilah-milih cabai dan bawang. Tak pusing ia memikirkan berapa
takaran bumbu agar rasa pas di lidah. Yang suami tahu hanya makan. Itupun terkadang dengan jumlah
berlebihan; menyisakan sedikit saja untuk istri si juru masak. Tanpa perhitungan istri selalu menjadi koki terbaik untuk suami. Mencatat dalam memori makanan apa yang disuka dan dibenci suami.

Dengan mengingat lima peran ini, Umar kerap diam setiap istrinya ngomel. Mungkin dia capek, mungkin dia jenuh dengan segala beban rumah tangga di pundaknya.Istri telah berusaha membentenginya dari api neraka, memelihara hartanya, menjaga penampilannya, mengasuh
anak-anak, menyediakan hidangan untuknya. Untuk segala kemurahan hati sang istri, tak mengapa ia mendengarkan keluh kesah buah lelah.

Umar hanya mengingat kebaikan-kebaikan istri untuk menutupi segala cela dan kekurangannya. Bila istri sudah puas menumpahkan kata-katanya, barulah ia menasehati, dengan cara yang baik, dengan bercanda.Hingga tak terhindar pertumpahan ludah dan caci makitak terpuji.

Akankah suami-suami masa kini dapat mencontoh perilakuUmar ini. Ia tak hanya berhasil memimpin negara tapi juga menjadi imam idaman bagi keluarganya.

Friday, March 7, 2008

Kekuatan Kata-Kata


Mark Twain mengungkapkannya dengan sangat indah ketika
mengatakan "Udara sangat dingin, sehingga jika
termometer ini lebih panjang satu inci saja, kita pasti
akan mati membeku"

Kita memang akan mati beku dalam kata2. Yang menjadi
persoalan bukanlah suhu dingin yang ada diluar, tetapi termometer.
Yang menjadi persoalan bukanlah realitas, tetapi kata-kata yang anda ucapkan
pada diri anda mengenai realitas itu.

Saya pernah mendengar cerita yang menarik mengenai seorang
petani di Finlandia. Ketika garis batas antara Finlandia dan Rusia
sedang ditentukan, petani itu harus memutuskan apakah dia ingin
berada di Finlandia atau di Rusia. Setelah memikirkan cukup lama,
dia memutuskan untuk berada di Finlandia, tetapi dia tidak ingin melukai
perasaan pejabat Rusia. Pejabat Rusia itu datang kepadanya dan bertanya
mengapa dia ingin berada di Finlandia.
Petani itu menjawab,"Sudah merupakan kerinduanku sejak
dulu untuk tinggal ditanah tumpah darahku Rusia, tetapi pada usiaku yang
sudah lanjut seperti ini, aku tidak dapat bertahan menghadapi musim dingin di
Rusia."

Rusia dan Finlandia hanyalah kata-kata, konsep, tetapi
tidak demikian halnya bagi manusia, tidak bagi manusia yang gila, yang
menganggap kata-kata dan konsep itu sama dengan realitas. Kita hampir tidak
pernah melihat realitas.

Suatu saat seorang guru berusaha untuk menjelaskan kepada
sekelompok orang bagaimana orang2 bereaksi terhadap kata2, menelan kata2,
hidup dalam kata2, ketimbang dalam realitas.

Salah seorang dari kelompok itu berdiri dan mengajukan
protes, dia berkata, "Saya tidak setuju dengan pendapat anda bahwa
kata2 mempunyai efek yang begitu besar terhadap diri kita."
Guru itu berkata," Duduklah, ANAK HARAM."

Muka orang itu menjadi pucat karena marah dan berkata,"
Anda menyebut diri Anda sebagai orang yang sudah mengalami pencerahan,
seorang guru, seorang yang bijaksana, tetapi seharusnya Anda malu dengan diri
Anda sendiri."

Kemudian Guru itu berkata, "Maafkan saya, saya terbawa
perasaan. Saya benar2 mohon maaf, itu benar2 di luar kesadaran saya, saya mohon
maaf." Orang itu akhirnya menjadi tenang.

Kemudian Guru berkata lagi,"HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA
UNTUK MEMBANGKITKAN KEMARAHAN DALAM DIRI
ANDA; DAN HANYA DIPERLUKAN BEBERAPA KATA UNTUK MENENANGKAN
DIRI ANDA, BENAR BUKAN?"

Sumber: Disadur dari dari buku Awareness - Anthony deMello

Gaji Jaksa Urip Ternyata Rp 3,5 juta Per Bulan

Gaji jaksa Urip Tri Gunawan, ternyata hanya Rp 3,5 juta per bulan. Padahal media sudah memberitakan, Urip punya rumah mewah di Bali. Mobilnya pun empat unit.

Adalah Jaksa Agung Hendarman Supandji yang mengumumkan sendiri besaran gaji Urip. "Gaji UTG (Urip), itu Rp 3,5 juta. Dia saya pindahkan dari Klungkung ke DKI Jakarta (Kejagung). Dengan gaji segitu, apa cukup hidup di Jakarta. Makanya, ia diberikan uang operasional selama di Jakarta," tegas Hendarman dalam rapat kerja dengan Komisi III DPR RI, Rabu (5/3).

Hendarman bercerita, untuk membentuk tim jaksa BLBI, maka sebelumnya dilakukan seleksi. Usulan nama jaksa yang diterima Hendarman, mencapai 80 orang. Namun setelah diseleksi, terpilihan ke-35 jaksa tersebut yang mulai bertugas di Kejagung sejak Juli 2007.

Hendarman menyetujui Urip masuk dalam jajaran tim 35, karena dari hasil seleksi yang dilakukan Kejagung, dia memiliki kriteria sesuai permintaan Kejagung, belum pernah melakukan penyalahgunaan kewenangan dan belum pernah melanggar PP 30/1980 tentang PNS.

"Urip itu jaksa muda. Umurnya masih 41 tahun. Ia ditarik ke Kejagung karena saya yakini dia bagus," tambah Hendarman.

Dari 35 jaksa tersebut, 10 jaksa difungsikan sebagai tim pemburu dan penindak, 25 jaksa untuk pemeriksa. Yang kemudian dibagi lagi menjadi 10 orang untuk BLBI I (Bank Central Asia), 10 orang untuk BLBI II (Bank Dagang Nasional Indonesia). Dan lima jaksa lagi untuk BLBI III (Bank Bali).
Karena pengalaman dan kemampuannya, Urip lalu dipercaya menjabat ketua tim pemeriksa untuk kasus BLBI II yang tak lain Bank Dagang Nasional Indonesia (BDNI). Sedangkan untuk BCA, dipimpin oleh Sriyono.

Hendarman pun berkeluh kesah, jika ia tahu kalau akhir dari pengusutan BLBI ini malah anak buahnya yang tertangkap KPK, maka ia tidak akan membentuk tim 35. "Kalau terjadi seperti ini, tidak saya bentuk (tim 35)," tambah Hendarman. (Kompas.com)

Wednesday, March 5, 2008

Cerita Wortel, Telur atau Kopi?

Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia
tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah
berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain
muncul. Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak
perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya
masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala.
Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci
pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan
telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk.
Ia membiarkan masing-masing mendidih.

Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak menggereget gigi, tak
sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya. Dua
puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel
dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia
mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia
menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.

Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, nak?"
"Wortel, telur, dan kopi, " jawab sang anak.Ia membimbing anaknya
mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa
yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak.

Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu
dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini
terasa keras.

Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak
tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua
ini, ayah?" tanya sang anak.

Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang
sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu
mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula
kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi
lunak dan lemah.

Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah
direbus menjadi keras dan kokoh.

Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi,
setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu.

Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat
kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada
dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji
kopi?"

Tuesday, March 4, 2008

Orang Pintar "Sulit Dapat Pekerjaan"

Orang pintar akan sulit mendapatkan pekerjaan. Itu kata guru bisnis saya Januar Darmawan. Dan ia bersungguh-sungguh. Ia tidak sedang bergurau. Ia membuat saya berpikir keras. Bagaimana mungkin orang yang pintar justru sulit mendapatkan pekerjaan? Bukankah perusahaan-perusahaan terkemuka selalu membuka lowongan bagi orang-orang pintar tersebut?
Sudah amat jelas bahwa ”orang pintar” yang dimaksudkan oleh guru bisnis saya itu tidak mengarah kepada kaum paranormal, apalagi dukun dan sebangsanya. Yang dimaksud adalah kaum terpelajar-cerdas dengan keahlian-keahlian khusus. Mereka adalah alumnus dari sekolah-sekolah terbaik di Indonesia atau di manca negara dengan gelar formal strata-2 (master) dan strata-3 (doktoral). Mereka menekuni bidang-bidang tertentu yang sangat terspesialisasi. Sebagian juga memperoleh spesialisasinya dengan mengambil program-program sertifikasi di bidang tertentu, entah yang berkaitan dengan teknologi informasi, finansial, neurosains, pengembangan sistem, penataan budaya organisasi, dan sebagainya. Kehadiran mereka dalam jumlah yang terus meningkat di Tanah Air, menimbulkan konsekuensi tertentu.

Umumnya, kaum terpelajar-cerdas ini sangat diperlukan oleh perusahaan untuk mengerjakan hal-hal yang spesifik. Misalnya, memperbaiki sistem informasi atau sistem administrasi, membantu standarisasi proses tertentu, membantu meredefinisi budaya organisasi, mengajarkan proses pengelolaan keuangan untuk mencapai kebebasan finansial, memberikan terapi untuk menata sikap dan perilaku buruk, dan sebagainya. Namun, mereka ini sebenarnya hanya diperlukan untuk periode waktu tertentu saja, umumnya dalam hitungan bulan. Setelah periode tersebut, keahlian mereka yang spesifik itu tidak dibutuhkan lagi.

Pada titik inilah fenomena munculnya para konsultan jenis baru di Indonesia bisa dijelaskan. Orang-orang terpelajar-cerdas ini tidak mudah untuk memperoleh pekerjaan tetap (full-time job) dalam sebuah perusahaan karena dua alasan, yakni: pertama, perusahaan tidak mampu membayar sesuai dengan kemauan mereka, karena perusahaan memang tidak membutuhkan mereka dalam rentang waktu yang panjang; kedua, mereka sendiri sulit memperoleh kepuasan profesional kalau hanya berkiprah di dalam satu perusahaan saja, karena mereka akan merasa terkurung dan kurang dihargai sebagaimana mestinya.

Oleh karena itu, orang-orang terpelajar-cerdas ini lebih baik mendirikan usaha sendiri, menjadi konsultan yang melayani berbagai perusahaan saja. Ini solusi yang menguntungkan kedua belah pihak.

Sebab dari sisi perusahaan, menggunakan jasa para konsultan ahli ini secara hitungan jangka panjang biayanya menjadi relatif murah. Jauh lebih murah dibanding mereka harus mempekerjakan tenaga ahli secara sepenuh waktu sebagai karyawan tetap bergaji tinggi. Ini menjadi bagian dari proses mengurangi biaya tetap dan meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan juga tidak perlu memikirkan apakah konsultan ahli ini memiliki kultur dan nilai-nilai yang sejalan dengan perusahaan atau tidak, sebab yang dibeli oleh perusahaan adalah keahliannya. Keahliannya itu yang ingin diambil oleh sebagian karyawan perusahaan yang terkait dengan bidang tugas tertentu, agar perusahaan bisa berjalan sesuai dengan harapan pemilik dan manajemen puncak perusahaan.

Pada sisi lain, kaum terpelajar-cerdas yang dikontrak dalam jangka pendek ini dapat melayani klien yang lebih luas, sehingga baik secara finansial maupun secara kepuasan profesional, semuanya lebih besar. Mereka bisa memberikan kontribusi yang lebih besar kepada masyarakat karena tidak terbelenggu oleh satu organisasi tertentu.
Begitulah salah satu kecenderungan yang terjadi di Indonesia dewasa ini. Kecenderungan ini sejalan dengan sejarah tenaga kerja di Eropa maupun di Amerika. Sebab pada tahun 2000 saja, jumlah tenaga kerja yang bekerja secara kontraktual di Eropa tercatat lebih dari 50% tenaga kerja, dan di Amerika lebih dari 43% tenaga kerja. Mereka ini adalah tenaga kerja dengan spesialisasi keahlian yang spesifik dan karenanya tidak mampu dipekerjakan oleh perusahaan formal yang selalu mencari cara untuk mengurangi biaya dan memaksimalkan keuntungan. Akibatnya, mereka mendirikan usaha konsultansi sendiri dan melayani klien yang beraneka ragam.

Jadi kecenderungan ini menunjang usaha-usaha perusahaan untuk reducing cost and maximizing profit<. Ini tidak mungkin bisa dihalang-halangi. Akan makin banyak orang terpelajar-cerdas yang sulit mencari pekerjaan tetap dan harus mendirikan perusahaannya sendiri.

Apakah semua orang pintar akan mendirikan usaha sendiri? Tidak juga. Sebagian lagi memilih untuk masuk ke pasar dunia. Mereka tidak lagi melihat Indonesia sebagai sebuah ”pembatas”, karena bagaimana pun teknologi informasi telah membuat dunia menjadi borderless, tanpa batas yang tegas. Sejumlah pilot Indonesia memilih bekerja di perusahaan penerbangan Thailand.

Sejumlah insinyur hebat memilih Malaysia sebagai tempat berkarya. Dan sejumlah dosen yang mumpuni, mengajar di universitas-universitas terkemuka sekitar Asia Tenggara dan Australia.
Lalu, apa yang ”tersisa” di perusahaan-perusahaan saat ini? Apakah tidak ada karyawan terpelajar-cerdas yang masih menjadi orang gajian?
Tampaknya masih ada dua kelompok besar yang bertahan menjadi karyawan di perusahaan-perusahaan kita. Kelompok pertama adalah mereka yang memiliki kecerdasan rata-rata saja. Meski pun mereka lulus dengan indek prestasi komulatif di atas 2,75, kecerdasan mereka tidak nampak dalam dunia kerja. Mereka hanya senang disuruh dan diperintah. Mereka tidak menunjukkan proaktivitas yang memadai untuk memperkembangkan diri lewat proses belajar berkelanjutan dari situasi-situasi kehidupan kerja sesehari. Inilah kelompok karyawan mayoritas yang jumlah populasinya mungkin 80% dari total karyawan.

Kelompok kedua adalah sarjana-sarjana cerdas-berbakat yang hanya menggunakan sebagian saja dari kecerdasannya dalam bekerja. Pada satu sisi mereka tidak memiliki pemimpin visioner yang mau mempercayai dan memberdayakan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas yang lebih menantang, seperti merintis unit bisnis yang diperkirakan cocok dengan potensinya (dengan risiko gagalnya, tentu). Dan pada sisi lain mereka sendiri tidak menumbuhkan keberanian yang cukup untuk keluar dari zona kenyamanannya, sehingga bersedia menerima imbalan finansial yang lebih kecil asal ”pasti”. Mereka mengorbankan kecerdasan dan bakat mereka untuk kenyamanan semu yang memabukkan.
Benarkah demikian? Bagaimana pendapat Anda?

Diambil dari: Andreas H


Senar Yang Putus

Niccolo Paganini, seorang pemain biola terkenal di abad 19 tengah memainkan konser tunggalnya yang dipadati oleh para penggemarnya. Di tengah suasana konser yang kian menghangat, celaka, tiba-tiba salah satu senar biolannya putus! Keringat dingin mulai membasahi dahi Paganini, tapi dia tetap meneruskan permainan lagunya dengan senar yang tersisa.
Kejadian selanjutnya sangat mengejutkan. Senar biola yang lainnyapun mulai putus satu per satu, hingga hanya tertinggal satu senar… Ketika para penonton melihat dia tetap memainkan lagunya dengan satu senar, merekapun berdiri, bertepuk tangan, & berujar "hebat... hebat...".
Namun para penonton menyadari bahwa tidak mungkin Paganini dapat memainkan bagian akhir lagunya hanya dengan satu senar yang tersisa. Dan Paganini pun tahu betul akan hal itu, namun senar-senar yang putus tadi tidak mungkin tersambung kembali.

Akhirnya Peganini menarik napas dalam-dalam, memberi hormat pada penonton dan memberi isyarat kepada dirigen orchestra. Ia telah memutuskan untuk memainkan bagian akhir lagunya hanya dengan satu senar! Dengan mata berbinar ia berteriak "Paganini dengan satu senar.!!!" Kemudian ia menaruh biola di dagunya, dan ….ia berhasil memainkan bagian akhir lagu tersebut dengan sangat indah…..

Hidup kita terkadang bagai senar yang putus, dipenuhi oleh persoalan, kekhawatiran, kekecewaan & kegagalan. Dan kita seringkali mencurahkan banyak waktu untuk memikirkan kembali senar yang putus tadi.

Apakah Anda masih memikirkan "senar-senar" yang putus dalam hidup Anda? .
Apakah senar terakhir nadanya tidak merdu lagi??

Jangan melihat ke belakang, majulah terus, mainkan senar satu-satunya tadi. Mainkanlah senar terakhir itu semerdu mungkin……..

Diambil dari "Secangkir Kopi" Leadership Mass Market PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk

Monday, March 3, 2008

Model Kepemimpinan Menurut Fisika (bag. 1)

Oleh: Prof. Yohanes Surya, Ph.D/Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta

Fisika adalah ilmu tentang alam. Dalam fisika, kita belajar apa yang menyebabkan alam terlihat harmoni.

Selama ratusan tahun, para fisikawan mempelajari aturan-aturan yang membuat alam semesta ini terlihat harmoni. Aturan-aturan ini kemudian dikenal sebagai hukum-hukum fisika.

Dalam Fisika, ada empat hukum atau fenomena yang menarik yaitu fenomena gerak benda dan penyebabnya (fenomena Newton), fenomena relativistik (fenomena Einstein), fenomena ketidakpastian (fenomena kuantum) dan fenomena pengaturan diri ketika suatu sistem berada pada kondisi kritis, yang saya namakan fenomena mestakung.

Tiap-tiap fenomena ini terjadi pada situasi dan kondisi tertentu yang unik. Merupakan hal menarik melihat bagaimana hukum-hukum fisika bekerja pada tiap-tiap fenomena dan diterapkan dalam konsep kepemimpinan.

Fenomena Newton
Pada sekitar abab ke-18, Newton memperkenalkan tiga hukum gerak. Menurut hukum pertama, benda cenderung mempertahankan keadaannya (malas berubah) jika tidak ada yang mengganggunya. Sedangkan menurut hukum kedua, benda dapat berubah jika mendapat gaya. Makin besar gaya, makin besar perubahannya. Hukum ketiga menunjukan bahwa benda yang mendapat gaya aksi akan memberikan gaya reaksi yang besarnya sama dengan gaya aksi tersebut.

Ketiga hukum Newton ini bekerja optimum pada sistem inersial (sistem yang tenang, stabil, tidak dipercepat atau tidak dalam keadaan chaos).

Dalam kepemimpinan, hukum Newton ini dapat diterapkan pada kondisi organisasi yang tenang atau dibuat tenang. Pada kondisi tenang orang cenderung malas bergerak (ini sesuai dengan hukum I Newton). Pemimpin yang dibutuhkan di sini adalah pemimpin yang tegas dalam memutuskan sesuatu (termasuk dalam award dan punishment), keras (otoriter), mempunyai visi jelas dan terukur serta mempunyai daya dobrak. Visi menjadi salah satu gaya atau pendorong untuk mempercepat kemajuan organisasi ini (hukum II Newton). Dengan daya dobrak yang dimiliki, pemimpin ini akan mampu menghadapi kelembaman (kemalasan) dari orang-orang yang dipimpinnya dan mampu memberikan stimulir-stimulir agar organisasi terus bergerak. Sikap tegas dan keras dibutuhkan untuk membuat kondisi tenang, stabil dan bergairah. Hasil akan lebih optimum jika organisasi mempunyai SDM (sumber daya manusia) atau SDA (sumber daya alam) yang kuat.

Indonesia pada masa orde baru adalah contoh yang baik untuk kepemimpinan model ini. Almarhum Soeharto dengan ketegasannya membuat negara tenang secara militer. Kemudian ia memperkenalkan visi yang terukur dalam bentuk REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun). Ia terus memberikan stimulir-stimulir sehingga roda perekonomian terus bergerak dan makin lama, makin cepat. Kemajuan demi kemajuan dicapai karena ditopang juga oleh SDA Indonesia yang luar biasa.

China juga melakukan hal yang serupa. Saat ini dalam situasi yang tenang, China mempercepat pembangunan dengan memberikan stimulir-stimulir bagi para investor. Para ilmuwan dipanggil untuk pulang kampung, menjadi gaya-gaya penggerak perekonomian. Keberhasilan China ini juga karena mereka mempunyai SDM yang sangat bagus.

Pada era otonomi daerah ini, kepemimpinan model ini dibutuhkan untuk daerah-daerah yang SDA-nya luar biasa banyak tetapi masih kelihatan lambat majunya seperti daerah-daerah di Indonesia Timur.

Bersambung .....

Model Kepemimpinan Menurut Fisika (bag. 2)

Oleh: Prof. Yohanes Surya, Ph.D/Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta

Fenomena Einstein
Pada awal abad ke-20, Einstein memperkenalkan teori relativitasnya. Menurut teori ini, tidak ada gerak absolut. Semua gerak bersifat relatif.

Misal ketika kita naik kereta api, kita merasa seolah-olah kita diam, tetapi pohon-pohon bergerak. Atau yang paling jelas saat ini kita berada dibumi. Kita merasa bahwa kita diam, mataharilah yang bergerak dari Timur ke Barat. Padahal kenyataannya bumi lah yang bergerak mengelilingi Matahari. Matahari menganggap dirinya diam, padahal menurut pusat galaksi, matahari bergerak memutari pusat galaksi. Pada gerak relativistik ini, mereka yang bergerak paling cepatlah, yang paling menonjol.

Kondisi yang cocok untuk fenomena ini adalah kondisi pada masyarakat demokrasi (misalnya negara-negara barat) dimana setiap orang merasa dirinya paling benar (relatif), paling berjasa, dan paling berhak memimpin. Perhatikan pada proses pemilihan presiden Amerika Serikat yang sedang berlangsung. Dari Partai Demokrat Obama dan Hillary merasa mereka yang paling cocok untuk jadi pemimpin, demikian juga dari Partai Republik, Mc Cain dan Romney saling mengunggulkan dirinya bahwa merekalah yang paling cocok jadi pemimpin. Mereka merasa visi merekalah yang paling benar untuk kemajuan Amerika Serikat.

Pemimpin yang dibutuhkan pada kondisi ini adalah pemimpin yang mempunyai keunggulan-keunggulan dalam visi, mempunyai integritas tinggi dalam menjalankan visi itu dan mau kerja keras serta bergerak cepat dalam merealisasikan program-program yang mendukung visi yang unggul itu.

Kecepatan bergerak (dinamika) dan integritas sangat diperlukan karena mereka terus-menerus dipantau oleh oposisi.

Kepemimpinan Clinton dapat dijadikan contoh yang baik untuk kepemimpinan model ini. Dengan visinya yang lebih unggul dari Bush senior, Clinton mampu menjadi presiden. Begitu jadi presiden, ia begitu dinamisnya sehingga roda perekonomian Amerika menjadi sangat maju di jaman Clinton ini. Namun ia tidak sadar bahwa ia terus diamati oposisi sampai hal yang sekecil-kecilnya. Karena ia tidak hati-hati ia terpeleset oleh wanita dan dihabisi oleh oposisi. Sayang sekali, padahal kalau tidak, ia bisa jadi salah satu presiden terbesar Amerika Serikat.

Di Indonesia, daerah-daerah terutama kota-kota besar (seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makasar dsb) yang mempunyai banyak keragaman membutuhkan kepemimpinan model ini.

Bersambung .....

Model Kepemimpinan Menurut Fisika (bag. 3)

Oleh: Prof. Yohanes Surya, Ph.D/Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta


Fenomena Kuantum
Fisika kuantum berkembang secara luar biasa pada abad ke-20. Perkembangan teknologi yang begitu luar biasa saat ini terjadi karena perkembangan fisika kuantum. Televisi, kulkas, handphone, radio, lampu neon, internet, dan semua alat elektronik yang kita kenal sekarang, berkembang karena perkembangan fisika kuantum ini.

Dalam fisika kuantum, kita mengenal prinsip ketidakpastian. Segala sesuatu tidak pasti sampai kita mengalami sendiri (melakukan eksperimen dan melihat hasilnya). Tidak ada yang pasti di alam ini. Segala sesuatu mempunyai peluang. Bahkan untuk suatu hal yang mustahil pun ada peluang.

Einstein seorang ilmuwan yang menentang teori fisika kuantum pernah menanyakan pada Niels Bohr (dan tokoh-tokoh fisika kuantum lain), jika segala sesuatu di alam ini tidak pasti, apakah Tuhan ini sedang bermain dadu dengan alam semesta? (menurut Einstein God does not play dice). Tetapi bukti-bukti eksperimen menunjukkan teori fisika kuantum benar. Segala sesuatu tidak pasti dan segala sesuatu mempunyai peluang.

Fenomena kuantum ini cocok untuk mereka yang berada pada suasana dengan ketidakpastian tinggi. Seperti perusahaan yang bermain dengan resiko, daerah-daerah konflik ataupun negara yang sedang dalam keadaan kalut akibat perubahan suatu sistem.

Pemimpin yang bisa bertahan dalam situasi yang penuh ketidakpastian ini adalah pemimpin yang kreatif (punya ide-ide dan terobosan-terobosan baru), berani mengimplentasikan pemikiran kreatifnya walau dengan resiko yang tinggi, berani spekulasi (bertindak) tapi didukung dengan perhitungan yang baik, dan tegas.

Rusia ketika masa transisi mengalami ketidakpastian yang sangat tinggi. Rubel sangat lemah, perekonomian amburadul, percaya diri sebagai bangsa turun drastis. Tidak ada kepastian. Tiap orang berusaha mencari keuntungannya sendiri. Putin dengan kepemimpinan yang kuat, tegas, cermat, berspekulasi dan berani ambil resiko mampu mengembalikan Rusia menjadi negara yang dihormati lagi dengan perekonomian yang lebih stabil.

Bersambung ....

Model Kepemimpinan Menurut Fisika (bag. 4 Tamat)

Oleh: Prof. Yohanes Surya, Ph.D/Rektor Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta

Fenomena Mestakung

Fenomena ini terjadi ketika suatu sistem berada pada keadaan kritis. Pada keadaan kritis ini berlaku hukum Mestakung. Ada 3 hukum Mestakung:
  • Hukum 1: pada kondisi kritis, ada jalan keluar
  • Hukum 2: ketika seorang melangkah untuk keluar dari kondisi kritis, ia akan melihat jalan keluar.
  • Hukum 3: Ketika seorang melangkah tekun, terjadilah mestakung.
Ketiga hukum mestakung ini saya singkat dengan kata KRILANGKUN (KRItis, meLANGkah, teKUN).

Untuk membuat hukum mestakung bekerja, kita harus menciptakan kondisi kritis. Setelah itu kita harus melangkah. Nah, ketika kita melangkah dengan tekun inilah, akan terjadilah mestakung (semesta mendukung). Mestakung akan menciptakan pelipatgandaan hasil, yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mustahil menjadi kenyataan, terjadi hal-hal yang luar biasa.

Fenomena mestakung cocok untuk organisasi yang berada dalam kondisi kritis, perusahaan yang ingin berkembang cepat ataupun daerah yang berambisi menjadi yang terhebat.

Selama saya seminar Mestakung, banyak perusahaan maupun pribadi sudah mengalami mestakung ini. Ada yang bercerita ingin sekali kuliah di Amerika Serikat, kemudian ia melangkah dan melangkah, ketok pintu sana, ketok pintu sini. Akhirnya jalan terbuka, kini ia berada di Amerika full scholar ship. Ada juga yang cerita perusahaannya meningkat keuntungannya 200 % di tahun 2007 yang lalu karena mereka menempatkan diri pada kondisi kritis lalu melangkah dan melangkah dengan tekun.

Pemimpin yang dibutuhkan dalam situasi ini adalah pemimpin yang gigih (kejar habis). Pemimpin ini harus punya ambisi besar, mau kerja keras dan tekun. Pemimpin ini harus punya ekstra energi dan didukung oleh tim yang juga mempunyai ambisi yang sama. Tim harus sepakat untuk tidak akan berhenti sebelum target tercapai.

Kepemimpinan pada abad ke-21s

Abad ke-21 ini adalah abad globalisasi. Organisasi menjadi lebih kompleks. Orang yang dipimpinpun lebih beragam. Kepemimpinan abad ke-21 yang diharapkan merupakan kombinasi dari empat kepemimpinan di atas. Pemimpin diharapkan mampu mendeteksi situasi yang dihadapinya dan mampu merubah gaya kepemimpinannya sesuai dengan situasi tersebut. Kadang ketika organisasi lesu, pemimpin harus menggunakan kepemimpinan Newton yang keras dan tegas untuk membuat semua orang bangkit dan bergerak. Kepemimpinan yang tegas ini perlu ditambah dengan kepemimpinan mestakung agar setiap orang yang dipimpinnya merasa kritis sehingga mereka lebih termotivasi untuk maju dan mencapai target setinggi-tingginya. Juga jangan lupakan kepemimpinan Einstein yang lebih demokratis untuk memperhatikan setiap input yang masuk dan terus menjaga integritas diri agar jangan dilibas oleh orang-orang yang iri hati dan dengki. Dan ingat bahwa pada abad ke-21 tidak ada yang pasti, semua penuh ketidakpastian, diperlukan tindakan yang nyata dan tegas untuk semua rencana dan visi yang dimilikinya.