Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Friday, October 17, 2008

FAO: Angka Kemiskinan di Seluruh Dunia Melonjak

Turunnya harga pangan uniknya malah diimbangi dengan angka penderita kelaparan di seluruh dunia yang melambung tinggi. Laporan FAO sekali lagi membuktikan, jurang antara negara industri dan dunia ketiga semakin melebar.


Meskipun FAO kini hanya mengeluarkan laporan pangan dunia setiap dua tahun sekali, kesimpulan yang didapatkan tidak banyak berubah: semakin banyak orang yang kelaparan.


Menurut Alexander Müller, Wakil Dirjen Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, sejak tahun 2005 sampai awal 2007, jumlah orang yang kelaparan bertambah 75 juta. Artinya, di seluruh dunia kini terdapat lebih dari 925 juta orang yang kelaparan.


Panen berlimpah, kemiskinan merajalela
"Kami khawatir, tahun-tahun mendatang kami masih harus menyampaikan laporan dengan jumlah orang kelaparan lapar yang lebih banyak lagi," imbuhnya.
Panen yang berlimpah justru diimbangi dengan pesatnya kenaikan angka kemiskinanBildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Panen yang berlimpah justru diimbangi dengan pesatnya kenaikan angka kemiskinan
Sekalipun harga bahan pangan turun kembali, sebagaimana terjadi saat ini, tidak otomatis berarti kaum miskin punya uang untuk membeli makanan. Laporan tahun ini menunjukkan angka rekor panen. Tapi hasil berlimpah hanya terjadi di negara-negara kaya. Di negara-negara miskin, sektor pertanian menderita akibat perubahan iklim.


Maka tak heran, jika FAO menuntut harus segera dikembangkan konsep yang merangsang produksi untuk setiap wilayah di Afrika dan pada saat bersamaan melindungi dari dampak pemanasan global .


"Jika sekarang kita tidak menyesuaikan agrikultur di Afrika dengan ancaman perubahan iklim, maka hasil tahun depan bisa turun 20 - 30%. Itu artinya kelaparan akan tumbuh di kawasan yang memiliki tingkat pertumbuhan penduduk paling tinggi ini," tandas Müller.


Perlindungan Iklim Vs. Perang Melawan Kelaparan?
Perang melawan kelaparan semakin erat dihubungkan dengan perang melawan perubahan iklim. Negara-negara industri harus mengurangi emisi gas rumah kaca, demikian pernyataan Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia.
Seorang bocah perempuan menyusui adiknya. Angka kemiskinan di Pakistan juga melonjakBildunterschrift: Großansicht des Bildes mit der Bildunterschrift: Seorang bocah perempuan menyusui adiknya. Angka kemiskinan di Pakistan juga melonjak
"Bioethanol Brasil sangat positif juga dalam kaitannya dengan iklim. Orang bisa menghindari banyak sekali emisi karbondioksida dan Brasil mengajukan program anti kelaparan yang sangat jelas. Artinya, Brasil bersungguh-sungguh memerangi kelaparan dan kemiskinan dan sebagai tambahan memproduksi bahan bakan nabati. Ini bisa diikuti negara-negara lain. Melawan kemiskinan diprioritaskan, sementara produksi energi nabati adalah tambahan. Setelahnya energi nabati bisa berkontribusi untuk menghindari ambruknya iklim," ujar Müller.


Menghabiskan miliaran euro untuk mendanai proyek bioethanol di AS dan UE guna membuatnya mampu bersaing di pasaran dunia, adalah tindakan keliru, kata Alexander Müller, Wakil Dirjen FAO. Kebutuhan energi bertambah dua kali lipat dalam kurun waktu 30 tahun. Tapi, hanya sedikit yang berhasil mengembangkan bahan bakar yang ramah iklim, tanpa mengorbankan orang miskin dan kelaparan.


from: http://www.dw-world.de/

No comments: