Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Tuesday, April 29, 2008

Hakikat Kepemimpinan

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat selalu membutuhkan adanya
pemimpin. Di dalam kehidupan rumah tangga diperlukan adanya pemimpin atau kepala Keluarga. Di sebuah Negara ada Presidennya. Ini semua menunjukkan betapa penting kedudukan pemimpin dalam suatu masyarakat, baik dalam skala yang kecil apalagi skala yang besar.

Dari pengantar di atas, terasa dan terbayang sekali betapa dalam pandangan terhadap "pemimpin" yang mempunyai kedudukan yang sangat penting, karenanya siapa saja yang
menjadi pemimpin tidak boleh dan jangan sampai menyalahgunakan kepemimpinannya untuk hal-hal yang tidak benar. Karena itu, para pemimpin dan orang-orang yang dipimpin harus memahami hakikat kepemimpinan dalam pandangan yang mendalam sbb :

1. Tangung Jawab, Bukan Keistimewaan

Ketika seseorang diangkat atau ditunjuk untuk memimpin suatu lembaga
atau institusi, maka ia
sebenarnya mengemban tanggung jawab yang besar sebagai seorang
pemimpin yang harus mampu
mempertanggung jawabkannya,.
Bukan hanya dihadapan manusia tapi juga dihadapan Allah. Oleh karena itu,
jabatan dalam semua level
atau tingkatan bukanlah suatu keistimewaan sehingga seorang pemimpin
atau pejabat tidak boleh
merasa menjadi manusia yang istimewa sehingga ia merasa harus
diistimewakan dan ia sangat marah bila
orang lain tidak mengistimewakan dirinya.

2. Pengorbanan, Bukan Fasilitas

Menjadi pemimpin atau pejabat bukanlah untuk menikmati kemewahan atau
kesenangan hidup dengan
berbagai fasilitas duniawi yang menyenangkan, tapi justru ia harus mau
berkorban dan menunjukkan
pengorbanan, apalagi ketika masyarakat yang dipimpinnya berada dalam
kondisi sulit dan sangat sulit.
Karena itu menjadi terasa aneh bila dalam anggaran belanja negara atau
propinsi dan tingkatan yang
dibawahnya terdapat anggaran dalam puluhan bahkan ratusan juta untuk
membeli pakaian bagi para
pejabat, padahal ia sudah mampu membeli pakaian dengan harga yang
mahal sekalipun dengan uangnya
sendiri sebelum ia menjadi pemimpin atau pejabat.

3. Kerja Keras, Bukan Santai.

Para pemimpin mendapat tanggung jawab yang besar untuk menghadapi
dan mengatasi berbagai
persoalan yang menghantui masyarakat yang dipimpinnya untuk
selanjutnya mengarahkan kehidupan
masyarakat untuk bisa menjalani kehidupan yang baik dan benar serta
mencapai kemajuan dan
kesejahteraan.
Untuk itu, para pemimpin dituntut bekerja keras dengan penuh
kesungguhan dan optimisme.

4. Melayani, Bukan Sewenang-Wenang.

Pemimpin adalah pelayan bagi orang yang dipimpinnya, karena itu menjadi
pemimpin atau pejabat
berarti mendapatkan kewenangan yang besar untuk bisa melayani
masyarakat dengan pelayanan yang
lebih baik dari pemimpin sebelumnya
Oleh karena itu, setiap pemimpin harus memiliki visi dan misi pelayanan
terhadap orang-orang yang
dipimpinnya guna meningkatkan kesejahteraan hidup, ini berarti tidak ada
keinginan sedikitpun untuk
membohongin rakyatnya apalagi menjual rakyat, berbicara atas nama
rakyat atau kepentingan rakyat
padahal sebenarnya untuk kepentingan diri, keluarga atau golongannya. Bila
pemimpin seperti ini
terdapat dalam kehidupan kita, maka ini adalah pengkhianatan yang paling
besar.

5. Keteladanan dan Kepeloporan, Bukan Pengekor.

Dalam segala bentuk kebaikan, seorang pemimpin seharusnya menjadi
teladan dan pelopor, bukan
malah menjadi pengekor yang tidak memiliki sikap terhadap nilai-nilai
kebenaran dan kebaikan. Ketika
seorang pemimpin menyerukan kejujuran kepada rakyat yang dipimpinnya,
maka ia telah menunjukkan
kejujuran itu. Ketika ia menyerukan hidup sederhana dalam soal materi,
maka ia tunjukkan
kesederhanaan bukan malah kemewahan. Masyarakat sangat menuntut
adanya pemimpin yang bisa
menjadi pelopor dan teladan dalam kebaikan dan kebenaran..

Dari penjelasan di atas, kita bisa menyadari betapa penting kedudukan pemimpin bagi suatu masyarakat, karenanya jangan sampai kita salah memilih pemimpin, baik dalam tingkatan yang paling rendah seperti kepala rumah tanggai, ketua RT, pengurus masjid, lurah dan camat apalagi sampai tingkat tinggi seperti anggota parlemen, bupati atau walikota, gubernur, menteri dan presiden. Karena itu, orang-orang yang sudah terbukti tidak mampu memimpin, menyalahgunakan kepemimpinan untuk misi yang tidak benar dan orang-orang yang kita ragukan untuk bisa memimpin dengan baik dan kearah kebaikan, tidak layak untuk kita percayakan menjadi pemimpin. (dari berbagai sumber).

Taken from: M Yunus

No comments: