Powered By

Free XML Skins for Blogger

Powered by Blogger

Friday, February 29, 2008

Harga Minyak Dunia Dan Keprihatinan Kita

Setiap kenaikan satu dolar harga minyak dunia, ia berimplikasi sangat serius pada APBN kita. Dan inilah hasilnya, jumlah subsidi BBM dan listrik naik menjadi Rp 161,2 trilyun. Bukan main besarnya kenaikan ini. Makin nyata kebesarannya jika ia dibandingkan dengan anggaran pendidikan nasional kita yang cuma Rp 42,2 triliun saja. Lalu apa jadinya, jika pendidikan sebuah bangsa, kecil saja saja biayannya dibandingkan dengan kebutuhan susbidi bahan bakarnya? Kemajuan bangsa akan menjadi korbannya,

Padahal ke manakah larinya susbidi itu? Untuk menghemat listrik saja misalnya; kebiasaan berhemat itu tidak pernah benat-benar terlihat dalam masyarakat kita. Pencurian strum harus diperangi habis-habisan, mulai dari industri yang nakal sampai para penggantol listrik di berbagai hajatan warga.

Tetapi tidak ada kejahatan dan kekeliruan yang tidak bermata rantai di negeri ini. Antara sebab dan akibat, menjadi rumit untuk dipisahkan karena keduanya terlanjur bertali-temali. Banyak kejahatan dan kekeliruan berjalan karena hukum abai menjalankan peran. Lalu siapa yang memulai di antara soal berikut ini: pihak yang begitu mudahnya berbuat keliru, atau kekeliruan itu mudah terjadi karena ia tak pernah sungguh-sungguh dicegah dan diawasi.

APBN yang terancam sempoyongan menyangga beban itu, tidak mengubah kebiasaan berkendara kita di jalan-jalan. Kota-kota tetap macet seperti sedia kala. Jutaaan motor baru dan ratusan ribu mobil, menggelontor setiap tahunnya. Bensin bersubsidi, hanya menguap di jalanan padahal ia tidak mengubah produktivitas kita.

Kita mengerti peliknya negara dalam mengatasi soal subssidi ini. Menaikan harga BBM adalah langkah termudah tetapi sekaligus paling berbahaya secara politik. Karena bahkan bukan kenaikan, tetapi sekadar pembatasan jatah subsidi saja, telah membuat Pemeritah buru-buru menarik kembali niatnya. Rencana baru digulirkan, tetapi protes telah pecah di mana-mana. Lalu dengan cara apa Indonesia mengatasi krisis energinya?

Barangkali semangat kampanye PLN itu penting dijalankan: berhemat atau mati. Persoalannya ialah: adakah jenis penghematan yang tanpa harus menaikkan harga BBMnya? Ada! Konversi minyak tanah ke dalam gas, pembagian lampu hemat energi, adalah di antaranya. Apa boleh buat, kenaikan BBM adalah isu yang peka. Maka jika cara ini dihindari, penghematan lain harus dicari dan dikerjakan segera. Karena negara ini sungguh sedang menyimpan bahaya jika penghematan ini tertunda-tunda.

No comments: